Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

feature content slider

Template Information



Assalamu'alaikum wr wb
Selamat datang di MIQRA INDONESIA GROUP. Sumber Inspirasi, Motivasi, Ilmu dan Amal untuk ke-SUKSES-an hidup Anda di dunia akhirat.
Ayo Gabung Dengan Komunitas Pembaca MIQRA INDONESIA GROUP
Dapatkan Hadiah Ebook:
”ILMU MENJADI KAYA”

Setelah Anda bergabung dengan Mailing List MIQRA INDONESIA GROUP.


| ILMU MENJADI KAYA |

Contact online

Your Ad Here

Test Footer

Free Blogger Templates


BLOG IS MY SALESMAN ARDA DINATA:
| ARDA EKLIPING INDONESIA | Cara Menjadi Kaya | Dunia Kesehatan Spritual | Dunia Pustaka dan Referensi | Dunia Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang | Dunia Kesehatan Lingkungan | ALIFIA E-Clipping and Reviewing | Reuse News Indonesia | ARDA Reseller News | Rahasia Penulis Sukses | Reseller News Indonesia |

MENU ARDA EKLIPING INDONESIA:
| BERANDA KLIPING | KLIP IPTEK | KLIP PSIKOLOGI | KLIP WANITA | KLIP KELUARGA | KLIP ANAK CERDAS | KLIP BELIA & REMAJA | KLIP GURU & PENDIDIKAN | KLIP HIKMAH & RENUNGAN |

MENU HIDUP SEHAT DAN KAYA:
| Dunia Spritual dan Kesehatan | Rahasia Menjadi Kaya | Dunia Reseller | Reuse News | Pustaka Bisnis |

MENU ARDA PENULIS SUKSES:
| Inspirasi Penulis | Rahasia Penulis | Media Penulis | Sosok Penulis | Pustaka Penulis |

MENU AKADEMI PEMBERANTASAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG:
| Dunia P2B2 | Dunia NYAMUK | Dunia LALAT | Dunia TIKUS | Dunia KECOA | Pustaka P2B2 |

MENU AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN:
| Inspirasi ARDA | Dasar KESLING | P.Sampah | Tinja & Aair Limbah | Binatang Pengganggu | Rumah & Pemukiman Sehat | Pencemaran Lingkungan Fisik | HYPERKES | Hygiene Sanitasi Makanan | Sanitasi Tempat Umum | Air Bersih | Pustaka Kesehatan |

MENU MIQRA INDONESIA:
| Home Inspirasi | Opini | Optimis | Sehat-Healthy | Keluarga-Family Life | Spirit-Enthusiasm | Ibroh-Wisdom | Jurnalistik | Lingkungan-Environment | Business | BooK | PROFIL | Jurnal MIQRAINDO | Reseller News Indonesia |

DAFTAR KORAN-MAJALAH INDONESIA:
| Pikiran Rakyat | KOMPAS | Galamedia | Republika | Koran Sindo | Bisnis Indonesia | Sinar Harapan | Suara Pembaruan | Suara Karya | Suara Merdeka | Solo Pos | Jawa Pos | The Jakarta Post | Koran Tempo | Media Indonesia | Banjarmasin Post | Waspada | Suara Indonesia Baru | Batam Pos | Serambi Indonesia | Sriwijaya Post | Kedaulatan Rakyat | Pontianak POS | Harian Fajar | Harian Bernas | Bangka Post | Harian Surya | Metro Banjar | Pos Kupang | Serambi Indonesia | Kontan | Majalah Gamma | Majalah Gatra | Majalah Angkasa | Majalah Intisari | Majalah Info Komputer | Majalah Bobo | Majalah Ummi | Majalah Sabili | Majalah Parentsguide | Majalah Suara Muhammadiyah | Majalah Amanah | Majalah Tabligh | Majalah Insight |Majalah Annida | Majalah Network Business | Tabloid PC+ | Majalah Komputer Easy | Tabloid NOVA |Loka Litbang P2B2 Ciamis |


MIQRA INDONESIA GROUP
Kantor Pusat
: Jl. Raya Panganadaran Km.3 Pangandaran Ciamis 46396
Telp. (0265) 630058
Copyright © 2006-2010, Miqra Indonesia,
Email : miqra_indo@yahoo.co.id
Homepage : http://www.miqra.blogspot.com/
Design by Arda Dinata,
Wong Tempel Kulon - Kec. Lelea - Kab. Indramayu - Indonesia

14 February 2009

INSPIRASI MENULIS

INSPIRASI MENULIS
Udo Yamin Majdi

Luar Biasa! Inilah kesan saya saat menghadiri acara presentasi lomba novel WIHDAH kemaren (Kamis, 12/02/2009). Selama saya di Mesir, hampir setiap tahun saya menjadi juri dalam lomba menulis di berbagai organisasi mahasiswa Indonesia Mesir (Masisir). Lomba kali ini, saya merasakan berbeda, selain memang lomba novel ini baru pertama kali diselenggarakan di kalangan Masisir, juga pesertanya luar biasa.

Betapa tidak, meskipun mereka hanya enam orang, namun tak urung saya harus angkat topi kepada mereka. Sebab, sumber inspirasi dan proses mereka menulis sangat menakjubkan. Tadinya, saya mengira mereka ikut, memang sudah terbiasa menulis, fasilitas sangat mendukung, dan memiliki waktu luang yang banyak.

Ternyata, tidak demikian, mereka penulis pemula dan novel itu adalah karya perdana mereka. Ditambah, beberapa orang diantara mereka tidak memiliki komputer. Selain itu, ada yang menulis di tengah kesibukan mereka sebagai mahasiswi, isteri, dan ibu rumah tangga. Dan rata-rata mereka menulis novel itu selama satu bulan, bahkan ada yang hanya dua minggu.

"Saya menulis naskah ini", ujar Martina Purnanisa saat mempresentasikan novelnya berjudul Mahkota Dua Bidadari, "selama 15 hari bertepatan kandungan saya hampir sembilan bulan. Al-hamdulillah, beberapa hari sebelum lahir, saya dapat merampungkannya. " Dari cerita itu, saya menangkap kondisi psikologis sangat mempengaruhi seseorang dalam menulis. Sebab, dalam novel itu, Martina menceritakan tentang seorang wanita meninggal dunia saat melahirkan dan anaknya selamat.

Lain halnya dengan Nikmah Mawaddati. Ia terinspirasi menulis novel Dunia Anak Kecil Yang Hilang tentang anak autis, berawal dari bacaaannya. Ia membaca novel tentang autis. Novel perdananya itu, ia tulis --seperti empat temannya yang lain-- dalam waktu satu bulan.

Lebih menarik lagi adalah Safira Dyah Husaini. Ia menulis novel itu di warnet, sebab tinggal di asrama Jam'iyyah Syar'iyah yang tidak membolehkan adanya komputer. Dan parahnya, ketika ia menulis sudah mencapi 50 halaman lebih, flasdiscnya hilang, begitu juga dengan hasil jerih payahnya. Namun tidak menyurutkan semangatnya, untuk menulis kembali dan merampungkan novel berjudul Simalakama Kian Tercerahkan. Ceritanya tentang adat istiadat perjodohan di Madura itu, berawal dari realitas yang ia saksikan.

Tak kalah serunya adalah novel Syair Cinta Cahaya. Novel ini ia angkat dari kisah nyata kakaknya, bercerita tentang dapat peluang untuk belajar di Jepang, namun tidak berangkat karena kendala uang dan pergulatannya menghadapi sakit jantung dan berakhir dengan kematian.

"Selama ini", katanya Mayyadah penulis novel Purnama di Atas Piramida, "kita membaca berita tentang pemerkosaan. Namun jarang sekali kita bertanya, bagaimana psikologis orang pernah diperkosa. Dari sinilah, saya terilham menulis novel saya ini." Novelnya itu, memang menceritakan bagaimana proses seorang wanita keluar dari trauma pemerkosaan.

Dan, terakhir, berbeda dari kelima novel lainnya, novel Tiga Diara di Cleopatra, sangat kental dengan canda, tepatnya kita sebut novel komedi. Dan anehnya, novel tersebut ditulis oleh seorang ibu dari dua anak yang selama ini dikenal akhwat bercadar dan terkesan serius. Uniknya lagi, novel ceria ini, Mike Putri Rahayu tulis, saat jauh dari kegembiraan, sebab ditinggal suami umrah dan tinggal di rumah temannya. Meskipun banyak sekali humornya, namun novel itu merupakan kritik sosial, atau auto-kritik seorang mahasiswi terhadap beberapa kebiasaan buruk yang terjadi kalang Masir.

Dari cerita saya tersebut, merupakan jawaban dari pertanyaan yang selama ini banyak orang tanyakan kepada saya: bagaimana cara mencari ide, atau cara mencari inspirasi? Dari kisah itu pula, saya ingin menegaskan kembali, pertama: sumber inspirasi itu ada di mana-mana dan kapan saja, asalkan kita memang berniat untuk menulis. Coba perhatikan cara peserta lomba mencari inspirasi, ada yang dari pengalaman yang sedang ia alami, ada dari bacaan, ada dari pengalaman orang lain, ada dari berita, dana ada yang dari daya kritis. 

Bila kita berniat menulis, maka kita akan merasakan seperti seorang tukang yang sedang memegang palu dan paku: semua yang ia lihat seakan-akan tempat menancapkan paku. Atau seperti yang sedang "kebelet" ingin nikah, semuanya yang ia lihat dan dengar, selalu ia sambungkan dengan pernikahan. Begitu juga dengan orang yang memang berniat menulis, apa yang ia lihat, ia dengar, dan ia rasakan, akan menjadi sumber inspirasi.

Kedua, peralatan atau fasilitas, bukan segala-galanya untuk bisa menulis. Terbukti Safira dapat menyelesaikan novelnya, tanpa memiliki komputer. Berbeda jauh dengan teman-teman kita yang memiliki komputer dan lap top, tidak ada karyanya, sebab tidak ada niat untuk menulis, sehingga sehari-hari komputer dan lap top mereka pergunakan untuk nonton film, main game, chatting, dan seterusnya.

Ketiga, kesibukan bukan alasan untuk tidak menulis. Saya kira, seandainya Martina dan Mike tidak punya niat menulis, pasti mereka akan berkata, "Afwan, saya tidak ada waktu untuk menulis, sebab saya harus belajar, harus melayani suami, harus mengasuh anak, dan menjalani kewajiban yang lainnya!" Tapi alasan yang sering diutarakan banyak orang itu, tidak pernah keluar di mulut mereka. Sibuk dan niat menulis itu dua perkara berbeda. Betapa banyak orang yang sibuk, tapi bisa menulis. Sebaliknya, tidak sedikit yang punya waktu luang, namun tidak menghasilkan tulisan apapun.

Nah, kalau mereka bisa, lalu mengapa kita tidak bisa? Ayo, jadikan kisah mereka itu sebagai sumber inspirasi dan sumber motivasi untuk segera menulis. Tunggu apa lagi, segeralah menulis?!

============ ========= ========= =========


Firefox 3: Lebih Cepat, Lebih Aman, Dapat Disesuaikan dan Gratis.

27 January 2009

Share Market Sebelum Menulis Naskah

 
Share Market Sebelum Menulis Naskah

"Kebiasaan penulis, mereka menulis apa yang diinginkannya untuk ditulis. Dan hal terpenting justru malah dilupakan. Yaitu; apakah tulisan itu nanti akan dibutuhkan oleh calon pembaca, dan penerbit akan mau menerbitkannya!"
 

RAHASIA MENJADI KAYA RAYA

Pusat Ilmu & Program Menjadi Kaya Raya
Miliki Ilmu Rahasia MenJadi Kaya di Sini

http://ilmukaya.tk


Saya sering mendapatkan SMS dari orang yang meminta agar dibantu naskahnya untuk diterbitkan. Kemudian saya menanyakan naskah apa yang sudah dibuat. Jawaban mereka, hampir keseluruhan tulisan itu di mata saya jika diusahakan untuk ditawarkan ke penerbit pasti akan susah tembus. Saya hanya butuh analisa sedikit untuk membuat sebuah konklusi seperti itu.


Ya, karena naskah itu; pertama, terlalu biasa (klise), kedua, naskahnya sudah kelewat trend, ketiga, naskah sejenis sudah banyak sekali dibuat penulis dan konsepnya jauh lebih bagus dibandingkan garapan orang tersebut. Dan masih banyak lagi alasan-alasan yang masih logis untuk saya membuat konklusi 'naskah bakal ditolak'.

Selain mendapatkan realita seperti itu dari SMS, sering juga mendapatkan langsung bertemu dengan beberapa orang ketika usai mengadakan pelatihan. Kadang saya harus sedikit bersabar untuk menghadapi orang semacam itu. Karena saya sadar, mungkin dulu saya juga pernah mengalami hal demikian. Tetapi, saya ingin menyadarkan mereka atau semua saja yang berpikiran semaunya sendiri ketika menulis suatu naskah. Untuk itulah saya buat tulisan ini.

Yang bikin sebal, kadang orang yang minta bantuan kepada saya. suka ngotot kalau naskahnya bagus. Naskahnya unik. Naskahnya bla, bla, bla…. Pokoknya menurut mereka, naskah itu bagus dan patut untuk diterbitkan. Entah mereka melakukan analisa dari mana kok bisa menyebut naskah tersebut keren, unik, patut diterbitkan. Padahal ketika saya tanya adakah naskah sejenis yang ditulis orang lain, ia bilang tidak ada. Trus, ketika ditanya lagi apakah sudah survey ke toko-toko buku mencari naskah sejenis? Eh, jawabnya belum. Tapi tetap ngotot, masih bilang kalau naskah itu tidak ada yang nulis (kok bisa bilang begitu ya?).

Kadang untuk menjadi penulis, kita harus bisa rendah diri. Sadar diri. Mau introspeksi diri. Wah, jadi kemana-mena nih? Eh, tapi serius! Ini sangat penting. Untuk menjadi penulis kita perlu menanamkan sifat-sifat itu. Jadinya kita bisa belajar dari orang lain dan bisa menerima apa pendapat orang lain.

So, sebelum menulis sebenarnya ada hal yang penting untuk dilakukan. Yaitu; share market! Karena kita butuh meyakinkah kepada penerbit, bahwa naskah tersebut mempunyai target pembeli dan bakal laku. Dan cara meyakinkannya dengan logis, dengan analisa yang dilakukan sebelumnya. Tidak asal-asalan ngotot seperti dicerita saya sebelumnya.

Ingat, penerbit untuk mencetak buku dengan dana tidak sedikit. Dan karena penerbit adalah sebuah industry, tentunya tidak mau rugi. Bahkan wajib untuk mendapatkan laba dengan mencetak buku yang anda buat!

Pada dasarnya untuk melakukan share market mungkin setidaknya ada tiga cara yang bisa dilakukan. Ini menurut pengalaman pribadi dan dari beberapa orang yang sempat share juga dengan saya, yaitu;

1. Nongkrong di toko buku besar seperti Gramedia atau Gunung Agung
 
Untuk menjadi penulis, kita wajid ke toko buku. Minimal sebulan sekali. Tapi tidak wajib untuk membeli buku. Yang wajib kita lakukan adalah hal gratis tapi sangat bermanfaat. Yaitu; mendata buku-buku di rak penjualan.
 
Kok, begitu?
 
Ya, datalah tema-tema buku yang lagi ngetrend. Lagi laku. Dari rak untuk dewasa, remaja, anak-anak, dari semua jenis buku. Yakinlah itu nanti akan sangat berguna untuk melakukan analisa buku yang akan kalian buat. Apakah penerbit nanti akan percaya kalau buku yang kalian buat itu akan laku atau tidak.
 
2. Melihat catalog penerbit-penerbit
 
Kalau ada pameran, bazaar atau main ke penerbit, ambillah catalog-katalognya. Itu juga sangat berguna untuk melihat buku jenis apa yang diterbitkan oleh penerbit tersebut, juga kira-kira apa buku yang dibutuhkan tapi belum dicetak oleh penerbit tersebut.
 
3. Searching di Goegle
 
Ingat, hari gini zaman sudah modern choy! Tiap penerbit pasti punya blog atau web untuk mempublikasikan buku-buku mereka. Makanya, sering-seringlah cari alamatnya di paman goegle. Setelah itu, lihat catalog di web atau blog mereka. Buku apa yang sudah diterbitkan. Jenisnya seperti apa. Trus, itu jadikan bahan untuk membuat naskah yang kira-kira bisa kamu tawarkan di sana. Jangan lupa, catat nomor telp. Yang bisa dihubungi, dan emailnya.
 
Setelah melakukan ketiga langkah itu, ya setidaknya kalian bisalah untuk sedikit mawas diri. Tidak akan ngotot kalau naskahnya itu unik, keren. Kalau kalian mendapatkan naskah sejenis ternyata sudah buanyak diterbitin oleh penerbit yang berbeda-beda. Penulisnnya juga beda-beda pula!
 
Untuk melakukan share market, ada analisa lebih ringan lagi untuk memperkuat ketiga langkah yang dilakukan di atas. Ini berdasarkan analisa pribadi ketika menerbitkan buku dan analisa dari kesuksesan teman-teman seprofesi.

Mau tahu, bagaimana langkahnya?
Yup! Setidaknya ada empat point. Sebenarnya, ada banyak. Tapi, cukuplah empat point sebagai bonus pertemanan di dunia maya.
 
1. Menyesuaikan moment
 
Moment adalah merupakan bagian dari senajata ampuh untuk mempercayakan kepada penerbit bahwa buku kita punya target market. Coba, nanti bisa kalian perhatikan.
 
Contoh yang tidak jauh, seperti sekarang yang sudah mendekati pemilu 2009. Ini adalah moment bagus untuk membuat buku yang berkaitan dengan pemilu. Jika kalian membuat buku seputar pemilu, analisa calon presiden, atau biografi calon-calon presiden, trus ditawarkan ke penerbit. Kemungkinan besar akan mudah lolos. Karena pasar sudah jelas.
 
Semua yang berpolitik pasti tergelitik akan turut membelinya. Atau taruhlah, buku yang konkrit yang bisa kalian buat. Sekarang Negara kita lagi senang sekali dengan model guyonan yang bikin ketawa. Mungkin, naskah cerpen konyol sudah kurang laku. Tapi, kalau kalian buatnya dengan menyesuaikan moment pemilu. Cerpen konyol di pemilu. Mungkin, akan bisa menarik di mata penerbit kumpulan cerpen tersebut.
 
Ini sebagian contoh moment. Masih banyak moment lain yang bisa di eksplor. Ingat ketika Obama mencalonkan presiden kemarin? Banyak penerbit langsung membuat buku tentang Obama.
 
Mungkin, kalian bisa mengambil moment lain yang lebih menarik dan lupa di pikirkan oleh orang lain. Seperti buku tentang Israel dan Hamas di Gaza. 
  
2. Adaptasi penurunan dari buku yang sedang laku

Untuk mengambil target pasar, kita bisa adaptasi dari buku yang sedang laku. Perhatikan! Tadi kan sudah menjelajah di paman goegle dan Gramedia. Tentunya di otak kalian sudah dipenuhi oleh buku-buku yang sekarang sedang laku.

So, dengan ide yang sama. Itu bisa dimainkan untuk menjadi calon buku kita loh! Yup! Ingat, buku Latahzan yang karangan dari orang Timur Tengah itu? Latahzan, tahun 2004-2006 laris manis di pasaran. Selanjutnya ada orang-orang cerdas melihat ada peluang pasar bagus dari ide buku tersebut. Selanjutnya mereka buatlah Latahzan juga. Tapi diturunkan target marketnya. Latahzan terjemahan dari Timur Tengah ditargetkan untuk kalangan dewasa dengan bahasa yang serius. Mereka kemudian menurunkan target marketnya untuk remaja, maka jadilah Latahzan For Teen, dan diturunkan lagi menjadi Latahzan For Kids. Semua buku turunan itu kemudian laris manis juga di pasaran.
Atau yang paling dekat saat ini ada juga buku turunan yang laris manis. Yaitu; Ayat-Ayat Cinta For Kids, terbitan Zikrul Hakim. Menurunkan konsep dari novel fenomenal Ayat-Ayat Cinta.

3. Adaptasi konsep dari buku yang ada

Kadang-kadang konsep buku yang sedang laku, hanya sesuai buat tergetnya. Tetapi tidak bisa dikonsumsi untuk kelangan yang berbeda. Seperti halnya buku tentang konsep financial planner oleh Safir Senduk dan kawan-kawan. Buku-buku mereka laku keras. Konsepnya tentang keuangan juga sangat menarik. Tetapi targetnya untuk orang dewasa.
Sedangkan, pendidikan keuangan sebenarnya bukan langsung tiba-tiba dimulai ketika dewasa. Tetapi, justru bisa ditanamkan sejak dini. Karena melihat buku sejenis belum ada yang ditargetkan untuk anak remaja. Maka saya buatlah buku "Manajemen Uang Saku" dan diterbitkan di Nobel Edumedia. Kenapa manajemen uang saku? Ya, karena yang lebih dekat dalam pengelolaan keuangan untuk remaja adalah uang saku.

Ketika saya menjual naskah tersebut ke Nobel, tidak terlalu sulit. Bahkan dengan memberikan konsep saja, sudah langsung dipesan. Karena target marketnya jelas. Dibutuhkan oleh pembaca dan di searching di paman Goegle di penerbit-penerbit yang ada di Indonesia. Belum ada yang menerbitkan naskah sejenis.
Mungkin anda juga bisa melakukan pengambilan konsep seperti ini!
 
4. Perlawanan dari buku laku yang ada
 
Ini cara yang unik. Tetapi bisa juga menjadi efektif. Yaitu kita membuat lawan atau kebalikan dari konsep buku yang ada. Ini di Indonesia akhir-akhir banyak dipraktekkan oleh para penulis.
 
Ketika novel Harry Potter gila-gilaan penjualannya di pasaran. Muncullah anak kecil dari Yogya menulis buku perlawanannya. Yaitu; Aku Ingin Membunuh Harry Potter. Dan luar biasa, buku tersebut sangat diapresiasi oleh para pembaca.
 
Semua buku motivasi yang ada pasti membuat sebuah seruan to be positif atau to be success. Kalau membuat buku lagi dengan konsep yang sejenis, maka akan jadi biasa. Maka, muncullah penulis luar biasa yang cerdas membalikkan konsep. Lalu ia membuat buku perlawanan, tetapi pada dasarnya juga memotivasi, dengan 'To Be Negative'. Buku tersebut pun maraih pasar cukup banyak dan sukses.
 
Ya, jejak kesuksesan seperti ini bisa juga anda lakukan!
 
So, pada dasarnya. Di sini tidak menutup keinginan anda untuk menulis apa yang anda inginkan. Tetapi, lebih ingin meluruskan apa yang seharusnya anda inginkan untuk ditulis.
Karena antara penerbit dan penulis tidak bisa dipisahkan. Harus saling berhubungan. Untuk itu, tidak boleh apa yang ditulis penulis adalah hal yang tidak dibutuhkan penerbit. Sedangkan yang dibutuhkan penerbit, justru malah tidak ditulis oleh penulis.
Untuk pengantar agar antara penerbit dan penulis sealur dalam ide membuat dan mencetak sebuah buku, share market mungkin bisa mewujudkannya!
Semoga bermanfaat!* **
------------ ---
R.W. Dodo, (track record: ketua FLP Cabang Ciputat, Manager Mata Pena Writer Literary Agent, Direktori penulis Menulisyuk.com, Mantan Staf Ahli Tim Kreatif BACA, Mantan Editor @Media, Pendiri Lingkar Sastra Tarbiyah (LST) UIN Jakarta) dan Redaktur Buletin SMART.
Blog:   - Multiply     : anakkata.multiply. com
-          Blogspot : rwdodo.blogspot. com


Mencari semua teman di Yahoo! Messenger?
Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang!

20 January 2009

[penulislepas] 10 ALASAN NASKAH DITOLAK PENERBIT

--- Pada Sen, 19/1/09, Ari Wulandari <kinoysan@yahoo.com> menulis:
Beberapa hari yang lalu, seorang pembaca mengirimkan SMS pada saya, lalu curhat.

Naskahnya sudah delapan kali ditolak oleh penerbit. Ditawarkan ke penerbit yang lain juga masih ditolak. Padahal, katanya kalau mengikuti lomba penulisan bahkan di tingkat provinsi dia juara satu dan selalu menang. Lalu, apa yang salah dan dia meminta saya untuk mengomentari tulisannya.

Begitu lebih kurang isi SMS-nya.

Karena berbagai alasan, saya tidak lagi membaca dan mengomentari naskah yang dikirim ke saya secara pribadi. Saya mengatakan biasanya karena segmen yang terbatas penerbit menolak naskah dan saya menyarankan agar dia terus menulis. Belum ditolak 100x. Penolakan, bagi saya adalah hal yang biasa. Yang membaca JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG, KOK! pasti tahu bahwa saya menulis dan naskah cerpen saya dimuat pertama kali setelah ditolak puluhan kali.

Tak terhitung. Yang jelas bisa anda pikir berapa banyak kalau saya sudah mulai menulis dari kelas 1 SMP hampir setiap minggu mengirimkan ke media dan baru dimuat di awal saya kelas 3 SMP. Tapi saya tidak pernah jera karena saya yakin, saya menulis dengan kapasitas terbaik saya---dan sesuatu yang baik, cepat atau lambat pasti akan menghasilkan yang baik pula. Ingat-ingat itu aja biar semangat.

Meskipun, tidak dipungkiri ada banyak penulis yang begitu menulis novel langsung diterima, diterbitkan dan jadi hits. Itu sih nggak usah diceritakan, anggap saja mereka beruntung.

Saya tidak ingin ada orang yang mengatakan bahwa menulis itu hanya kemampuan segelintir orang. Nggak. Siapa saja bisa menulis. Siapa saja bisa menuangkan ide pikiran kreatif lewat tulisan, sama seperti setiap orang bisa berkomunikasi secara lisan. Hanya, masalahnya mau atau tidak. Sungguh-sungguh atau tidak.

Nah, apa saja sih alasannya penerbit menolak naskah kita? Ada banyak, tapi paling tidak ada 10 alasan yang saya ketahui. Bagi teman-teman editor, bisa menambahkan bila ada yang belum tercantum.

1. Tidak sesuai orientasi penerbit.
Misalnya, naskah anda tentang religi islam, sementara anda mengirimkan naskah ke penerbit yang major penerbitan dan orientasinya buku-buku komputer. Sebagus apapun naskah anda, jelas pasti tertolak. Cara untuk mengetahui major penerbitan, ya ke toko buku; lihat-lihat penerbit A, B, dst. Nerbitin buku apa aja. Kalau perlu, ya telpon editornya lah. Sekarang tiap penerbit kayaknya punya web dan bisa diketahui contact editor atau redaksinya.

2. Segmen terbatas.
Anda punya naskah bagus sekali, ditulis dengan bagus dan lengkap pula, tapi segmen pasarnya terbatas. Misalnya, cara membuat gudeg Jogja. Sebagus apapun naskah dan penulisan materi ini, pasti akan ditolak karena pangsa pasarnya yang sempit. Nggak semua orang Jogja juga mau membuat gudeg. Padahal pasar buku adalah seluruh Indonesia. Orang Papua pasti nggak tertarik untuk baca buku tersebut.

3. Klise atau mengulang tema buku yang sudah ada.
Tema-tema yang sudah biasa, selalu kecenderungan ditolak oleh penerbit. Kecuali penulisnya punya massa yang bisa digerakkan untuk membeli bukunya. Misalnya, menulis buku tentang sholat. Well, itung aja di pasaran berapa banyak jenis buku tersebut. Biarpun penerbit yang anda tuju penerbit Islam, kalau anda bukan seorang dai yang populer, sangat kecil kemungkinan buku tersebut diterbitkan.

4. Tidak memenuhi standar penerbitan.
Masing-masing penerbit, memiliki standar (nilai) yang berbeda-beda terhadap naskah. Semakin besar dan solid penerbit, semakin tinggi pula standar penerimaan naskahnya dan prosesnya sering lebih lama. Jadi, kalau anda pemula nggak ada salahnya memulai menerbitkan dari penerbit yang kecil, yang lebih mudah dihubungi, dan biasanya lebih kekeluargaan daripada penerbit besar dengan sistem manajemen yang strick. Tapi pastikan anda mencari penerbit yang solid dan kualified.

5. Lagi nggak trend
Apa ini? Pasar buku juga tidak lepas dari trend. Bahkan, ketika satu buku begitu bestseller, akan selalu muncul pengekor-pengekor yang kurang ajar; hampir keseluruhan model produksinya dibuat sama untuk mendompleng kesuksesan buku yang diikuti. Sah-sah aja, meskipun ini termasuk hal yang bikin saya mual. Kenapa, orang nggak berpikir lebih kreatif mencipta karya?

Tulisan bagus pun, kalau lagi nggak musim dengan sukses pasti ditolak atau dipending penerbitannya. Kalau begitu nggak usah maksa. Simpan aja naskah anda dan keluarkan ketika sudah waktunya ngetrend. Yang penting naskah anda ditulis dengan kapasitas terbaik, pasti suatu saat bisa dijual.

6. Penulisan yang berantakan.
Yang jadi editor, pasti sudah sering banget nerima naskah dengan penulisan yang berantakan. Bukannya menyederhanakan tulisan sehingga mudah dibaca, tapi di sana-sini muncul berbagai gambar, ilustrasi dan pilihan huruf yang bikin ilfill.

Aduuuh, sebagus apapun naskah anda, bisa langsung ditendang. Dikembalikan tanpa dibaca karena bikin sakit mata. Tolooong.... ! Itu kenapa ada penerbit yang mencari para first reader untuk membaca naskah-naskah yang menyakitkan seperti ini.

7. Naskah telanjang.
Apa itu? Naskah yang nggak lengkap, lebih-lebih untuk nonfiksi; maksudnya nggak ada sinopsis, daftar isi, daftar pustaka, biodata, judul, dll. kelengkapan naskah. Lebih-lebih kalau penulisnya masih antah berantah dan belum dikenali oleh editor, bukan tak mungkin naskah anda langsung didepak dengan sukses.

8. Ketahuan ngejiplak atau copy paste.
Aduuuh, parah deh! Terinspirasi, mengadaptasi, mengolah kembali, dll. istilahnya adalah hal yang sah-sah aja dalam penulisan. Lebih-lebih untuk tulisan nonfiksi yang harus menyertakan sumber-sumber kutipan. Tapi kalau sampai ngejiplak, wah… kok ya keterlaluan. Kalau mengutip, ya cantumkan saja sumbernya. Nggak ada larangan.

Kalau sampai ketahuan ngejiplak, wis lah, tanpa sadar biasanya penulisnya masuk daftar hitam. Black list. Jadi, kreatiflah. Menulis sederhana, tapi pikiran kita dan olahan dengan gaya bahasa, jauh lebih berharga daripada menulis yang kelihatannya bermutu tapi jiplakan.

9. Penulis bawel.
Ada toh penulis yang bawel? Huuuh, banyak. Tanya aja sama editor. Sudah tahu kalau penerbit itu tiap hari menerima puluhan bahkan ratusan naskah, eeeh, tiap hari ditanyain soal naskahnya. Sebel kan?

Nggak cuman penulis pemula aja, penulis senior juga banyak yang bawel. Permintaannya macem-macem, ribet, nggak mau revisi, dll. yang bikin kerja sama jadi nggak nyaman.

Mbok ya sabar dan bisa kerja sama. Coba lah mengerti sistem kerja di penerbitan.

Naskah diterima dari penulis, itu akan dimasukkan dalam bagian administrasi naskah. Kemudian diantrikan untuk dibaca beberapa editor yang bersangkutan, lalu di saat sidang redaksi akan diputuskan apakah naskah tersebut layak atau tidak untuk diterbitkan.

Untuk proses seperti ini saja, paling enggak butuh 3 bulan. Makin besar penerbit bisa makin lama, bisa jadi antrean naskah anda baru dibaca 1 tahun kemudian. Saya sudah pernah mengalami 1,5 tahun antri naskah; jadi jangan tiap hari anda tanya editor, "Naskah saya sudah terbit atau belum?" Kalau editornya lagi sebel, bisa lho, ditolak saja dan dikembalikan.

Baru setelah naskah diputuskan diterima, kalau misalnya diterbitkan di saat itu, naskah akan diproses untuk editing (bahasa, materi, dll), diilustrasi, didesain covernya, dll. diproduksi, dipromosikan, didistribusikan, dll. Sebuah kerja panjang yang selayaknya juga dimengerti oleh penulis.

Percayalah, penerbit juga pasti ingin menerbitkan buku bagus dan sekaligus menguntungkan. Naskah yang bagus dan kompeten, sudahlah, nggak usah khawatir cepat atau lambat tetep akan diproduksi.

Nah, daripada bawel ngerecokin editor setiap hari, lebih bagus kalau anda menanyakan sekali sebulan agar editor tidak lupa dan menulis naskah lain sambil menunggu jawaban.

10. Nggak bisa diproduksi
Ada toh naskah yang nggak bisa diproduksi? Banyak. Misalnya buku ensiklopedia dengan berbagai ilustrasi berwarna yang sangat mahal, dan tidak bisa dihitamputihkan. Kalau diproduksi, biayanya sangat mahal dan pasarnya belum jelas. Biasanya untuk urusan seperti ini, penerbit juga mikir berpuluh kali untuk menerimanya. Kecuali penulisnya membiayai sendiri ongkos penerbitannya, itu lain permasalahan.

Nah, sekarang coba kalau naskah anda masih ditolak di penerbit, kira-kira masuk kelompok yang mana. Analisis dan kemudian mulailah menulis yang tidak akan ditolak. Selamat menulis dan bacalah JADI PENULIS FIKSI? GAMPANG, KOK! dijamin bisa menulis.... pasti... karena menulis itu memang gampang...

Salam,
Ari Wulandari
www.kinoysan. multiply. com


 
__._,_.___


Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger
Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang!