Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

feature content slider

Template Information



Assalamu'alaikum wr wb
Selamat datang di MIQRA INDONESIA GROUP. Sumber Inspirasi, Motivasi, Ilmu dan Amal untuk ke-SUKSES-an hidup Anda di dunia akhirat.
Ayo Gabung Dengan Komunitas Pembaca MIQRA INDONESIA GROUP
Dapatkan Hadiah Ebook:
”ILMU MENJADI KAYA”

Setelah Anda bergabung dengan Mailing List MIQRA INDONESIA GROUP.


| ILMU MENJADI KAYA |

Contact online

Your Ad Here

Test Footer

Free Blogger Templates


BLOG IS MY SALESMAN ARDA DINATA:
| ARDA EKLIPING INDONESIA | Cara Menjadi Kaya | Dunia Kesehatan Spritual | Dunia Pustaka dan Referensi | Dunia Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang | Dunia Kesehatan Lingkungan | ALIFIA E-Clipping and Reviewing | Reuse News Indonesia | ARDA Reseller News | Rahasia Penulis Sukses | Reseller News Indonesia |

MENU ARDA EKLIPING INDONESIA:
| BERANDA KLIPING | KLIP IPTEK | KLIP PSIKOLOGI | KLIP WANITA | KLIP KELUARGA | KLIP ANAK CERDAS | KLIP BELIA & REMAJA | KLIP GURU & PENDIDIKAN | KLIP HIKMAH & RENUNGAN |

MENU HIDUP SEHAT DAN KAYA:
| Dunia Spritual dan Kesehatan | Rahasia Menjadi Kaya | Dunia Reseller | Reuse News | Pustaka Bisnis |

MENU ARDA PENULIS SUKSES:
| Inspirasi Penulis | Rahasia Penulis | Media Penulis | Sosok Penulis | Pustaka Penulis |

MENU AKADEMI PEMBERANTASAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG:
| Dunia P2B2 | Dunia NYAMUK | Dunia LALAT | Dunia TIKUS | Dunia KECOA | Pustaka P2B2 |

MENU AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN:
| Inspirasi ARDA | Dasar KESLING | P.Sampah | Tinja & Aair Limbah | Binatang Pengganggu | Rumah & Pemukiman Sehat | Pencemaran Lingkungan Fisik | HYPERKES | Hygiene Sanitasi Makanan | Sanitasi Tempat Umum | Air Bersih | Pustaka Kesehatan |

MENU MIQRA INDONESIA:
| Home Inspirasi | Opini | Optimis | Sehat-Healthy | Keluarga-Family Life | Spirit-Enthusiasm | Ibroh-Wisdom | Jurnalistik | Lingkungan-Environment | Business | BooK | PROFIL | Jurnal MIQRAINDO | Reseller News Indonesia |

DAFTAR KORAN-MAJALAH INDONESIA:
| Pikiran Rakyat | KOMPAS | Galamedia | Republika | Koran Sindo | Bisnis Indonesia | Sinar Harapan | Suara Pembaruan | Suara Karya | Suara Merdeka | Solo Pos | Jawa Pos | The Jakarta Post | Koran Tempo | Media Indonesia | Banjarmasin Post | Waspada | Suara Indonesia Baru | Batam Pos | Serambi Indonesia | Sriwijaya Post | Kedaulatan Rakyat | Pontianak POS | Harian Fajar | Harian Bernas | Bangka Post | Harian Surya | Metro Banjar | Pos Kupang | Serambi Indonesia | Kontan | Majalah Gamma | Majalah Gatra | Majalah Angkasa | Majalah Intisari | Majalah Info Komputer | Majalah Bobo | Majalah Ummi | Majalah Sabili | Majalah Parentsguide | Majalah Suara Muhammadiyah | Majalah Amanah | Majalah Tabligh | Majalah Insight |Majalah Annida | Majalah Network Business | Tabloid PC+ | Majalah Komputer Easy | Tabloid NOVA |Loka Litbang P2B2 Ciamis |


MIQRA INDONESIA GROUP
Kantor Pusat
: Jl. Raya Panganadaran Km.3 Pangandaran Ciamis 46396
Telp. (0265) 630058
Copyright © 2006-2010, Miqra Indonesia,
Email : miqra_indo@yahoo.co.id
Homepage : http://www.miqra.blogspot.com/
Design by Arda Dinata,
Wong Tempel Kulon - Kec. Lelea - Kab. Indramayu - Indonesia

01 November 2008

Book Coaching-Menjadi Pendamping Penulis



Rekan sekalian,
Sdh 2 bulan penuh saya absen dlm menampilkan artikel di blog saya EZONWRITING (http://ezonwriting .wordpress. com). Sekarang, artikel terbaru saya sdh saya upload di blog saya. Artikel ini bercerita tentang salah satu kasus terbaru pendampingan penulisan buku. Artikel ini sekaligus menjawab sejumlah pertanyaan (peserta workshop SPP maupun pembaca artikel2 saya) menyangkut apa yang saya lakukan jika saya mendampingi seorang penulis dalam menghasilkan sebuah buku. Dan, semoga artikel ini juga memperkaya khasanah dunia kepenulisan, khususnya bagi mereka yg berprofesi sbg editor dan writer coach. Selamat menikmati & ditunggu komentarnya. ...

BOOK COACHING: MENJADI PENDAMPING PENULIS

Oleh: Edy Zaqeus*)

http://ezonwriting. wordpress. com/

Dua bulan saya nyaris absen total dari dunia maya. Maka, sudah semestinya bila saya membawa oleh-oleh buat pengunjung setia blog ini. Dua hingga tiga bulan belakangan, saya memang sedang digempur habis oleh kesibukan atau aktivitas penulisan karya terbaru saya sekaligus pendampingan- pendampingan penulisan buku para klien. Dan, seperti kasus-kasus yang selama ini saya tangani, selalu saja ada hal menarik yang bisa dibagikan dan diambil pelajarannya.

Saya akan coba ceritakan kasus pendampingan saya dalam penulisan buku berjudul Rahasia Mendapatkan Nilai 100 (Sinotif, 2008) karya Hindra Gunawan. Kasus terakhir yang saya tangani ini terbilang sangat menarik, mengingat dalam waktu kurang dari tiga bulan, Hindra berhasil menuntaskan dan menerbitkan bukunya, sekaligus mendirikan sebuah penerbitan mandiri bernama Sinotif Publishing.

Tambah menarik lagi, mengingat si penulis adalah seorang pengajar sekaligus eksekutif lima perusahaan, yang sehari-hari benar-benar disibukkan oleh urusan bisnisnya, tetapi masih sanggup bagi waktu demi menyelesaikan penulisan buku setebal 200 halaman lebih itu. Dan, mendampingi penulis-penulis "gila" semacam ini memang salah satu kegemaran saya he he he….

Baik, ketika menerima tawaran sebagai coach atau pendamping dalam proses penulisan buku ini, saya sempat membayangkan bahwa ini adalah sebuah proyek yang terbilang mudah dikerjakan. Klien atau penulis yang saya dampingi ini adalah seorang pengajar, trainer, hipnoterapis, sekaligus businessman yang sangat menguasai bidang yang hendak dia tulis.

Tetapi, asumsi itu langsung saya koreksi begitu si klien menetapkan target bahwa buku harus bisa diterbitkan dalam kurun dua hingga tiga bulan. Alasannya, ada serentetan acara konferensi, seminar, atau ekspo yang bisa dimasuki oleh buku tersebut. Celakanya, buku benar-benar digagas, dirancang, dan harus ditulis dari nol sama sekali!

Begitu kontrak pendampingan kami tandatangani, saya langsung ancang-ancang strategi, dan saya komunikasikan dengan sejelas-jelasnya kepada klien ini. Pertama, saya tegaskan bahwa antara coach dan coache (klien) harus sama-sama berkomitmen untuk bekerja keras, tahan banting, bila perlu 'setengah memaksakan diri' dalam beberapa langkah nantinya.

Kedua, saya tekankan bahwa sebagai coach atau pendamping, fungsi saya adalah memaksimalkan dan mengaktualkan potensi si klien melalui proses pembelajaran penulisan buku. Wujudnya adalah sebuah karya tulis yang harus benar-benar dirasakan sebagai karya orisinal si penulis, berkualitas, serta memuaskan diri sendiri atau target pembaca.

Ketiga, saya juga tegaskan bahwa dalam beberapa tahapan nantinya, terkadang saya harus bersikap "keras" demi mempertahankan kefokusan klien. Mengapa? Sebab, dari berbagai kasus yang pernah saya tangani, sangat sering muncul sindrom "masterpiece" dalam diri penulis-penulis pemula. Maksudnya, muncul hasrat untuk membuat karya selengkap dan sehebat mungkin pada kesempatan pertama menulis buku, sementara realitasnya mereka dihadang oleh konstrain waktu yang sulit diajak kompromi.

Keempat, saya jelaskan berbagai risiko penulisan dan penerbitan buku dalam tenggat waktu yang sedemikian sempit. Kalau dalam waktu normal saja kita butuh ketelitian yang maksimal agar kita bisa menghasilkan naskah yang berkualitas, rapi, lengkap, dan minim kesalahan. Terlebih kalau konstrain waktunya "abnormal", pastilah butuh ketelitian dan ketekunan yang hitungannya ekstra maksimal he he he…

Kelima, saya "peringatkan" di awal, bahwa saya akan mendera klien dengan anjuran dan ajakan yang terus-menerus supaya yang bersangkutan lebih percaya diri untuk menggali bahan-bahan penulisan dari pengalaman sendiri. Selebihnya, bolehlah ditambahkan dari berbagai literatur atau teori-teori dari pakar lainnya. Langkah ini, selain mempercepat proses penulisan, ternyata juga ampuh untuk menghadirkan banyak hal atau temuan baru ke dalam naskah buku kita.

Nah, ancang-ancang strategi beserta asumsi atau dugaan-dugaan saya ternyata sungguh-sungguh mewarnai proses pendampingan buku Hindra Gunawan ini. Dari sisi kerja keras, memang ada totalitas, yang mana jadwal pertemuan pendampingan pun bisa bertambah dua kali lipat. Sementara, klien harus menambah alokasi waktu pendampingan, riset, dan penulisan lebih dari yang diduga semula. Hasilnya, proses penulisan bisa sangat cepat, tetapi risikonya sampai membuat gusi si penulis yang vegetarian ini pecah dan berdarah-darah. Untuk semangat yang beginian, tanpa ragu-ragu saya beri nilai 100 he he he….

Dari segi kefokusan penulis, dugaan saya terbukti, bahwa sindrom "masterpiece" akhirnya muncul. Tanda-tandanya? Klien menuntut diri untuk bisa menghasilkan karya yang jauh lebih hebat ketimbang pesaingnya, lebih lengkap, dan itu dilakukan dengan terus-menerus menambah jumlah literatur yang hendak dijadikan referensi. Bahkan, sampai pada detik-detik terakhir, penambahan-penambah an bab masih terus berlangsung, lengkap dengan segala kekuatan dan kelemahannya.

Ini idealisme yang harus dihargai, tetapi saya terus berpegang pada sikap pragmatis-realistis , karena yang dihadapi adalah limit waktu. Pada tahapan inilah, selain memfungsikan diri sebagai motivator kepenulisan, saya juga berubah wujud menjadi mitra pembelajaran yang sangat kritis, bahkan terbilang "keras" kepada klien. Tanpa sikap seperti ini, klien tidak akan fokus dan disiplin dalam mengejar target penyelesaian penulisan seperti yang sudah disepakati bersama. Dan, posisi yang saya pilih itu ternyata memberikan hasil sangat positif.

Dari sisi kebaruan karya, akhirnya tercapailah tujuan kami semula, bahwa buku yang dihasilkan sungguh-sungguh menyajikan banyak hal baru kepada pembaca. Klaim ini dibuktikan dengan banyaknya bab, contoh-contoh, kasus-kasus, kiat-kiat, dan argumentasi- argumentasi yang relatif baru karena digali dan diolah dari hasil riset, observasi langsung, atau dari pengalaman penulis serta orang-orang di sekitarnya.

Pada titik ini, saya dapatkan pernyataan kepuasan dari si penulisnya sendiri. Yang mana, proses pembelajaran tersebut telah mendorong dirinya untuk lebih fokus pada penyajian hal-hal baru dalam bukunya, ketimbang mengulang-ulang isi buku-buku yang pernah dia baca atau yang menjadi referensi penulisan.

Akhirnya, buku Rahasia Mendapatkan Nilai 100 berhasil diterbitkan tepat sesuai jadwal. Lepas dari sisi kekurangansempurnaa n produk akibat konstrain waktu, baik saya sebagai pendamping/konsulta n maupun si penulis merasakan suatu kepuasan atas hasil sebuah kerja keras bersama. Kepuasan itu bertambah lagi dengan munculnya kebanggaan dan rasa syukur, manakala kami melihat banyak orang tertarik membeli buku itu saat di-display di sejumlah ajang ekspo, pelatihan, dan seminar. Selanjutnya, kita tunggu saja, apakah kombinasi penjualan langsung serta penjualan melalui jaringan toko-toko buku mampu menghantarkan buku tersebut ke tangga buku bestseller.[ez]

* Edy Zaqeus adalah seorang penulis buku bestseller, editor profesional, penerbit, trainer, dan konsultan penulisan/penerbita n.

.

__,_._,___


Dapatkan nama yang Anda sukai!
Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com.

19 October 2008

Rahasia Memulai Menulis


--- Pada Ming, 19/10/08, Arda Dinata <arul.dinata@gmail.com> menulis:
Dari: Arda Dinata <arul.dinata@gmail.com>
Topik: [ARDA QUANTUM WRITERS] Rahasia Memulai Menulis
Kepada: reusenews@yahoo.com
Tanggal: Minggu, 19 Oktober, 2008, 10:45 PM

Oleh ARDA DINATA
http://ardaiq.blogspot.com

"Mulailah dari apa yang ada, karena yang ada lebih dari cukup untuk memulai pekerjaan."
(Mohammad Natsir)


Menulis adalah sebuah pekerjaan. Artinya kita harusnya serius ketika melakukan aktivitas pekerjaan agar hasilnya tidak mengecewakan. Begitupun, dengan kegiatan menulis. Kita harusnya terus berlatih tiada henti dalam mengasah ketrampilan menulis, sehingga hasilnya tidak mengecewakan.

Banyak temen-temen di tanah air yang SMS dan kirim email ke saya menanyakan, "Bagaimana Pak rahasia untuk memulai menulis itu?"

Aku kadang sekenanya saja menjawab, karena lewat SMS itu terbatas jawabannya. Untuk itu tulisan ini mungkin bisa melengkapi jawaban saya yang pernah temen-temen terima sebelumnya.

Ingat, sesuatu pekerjaan itu akan terasa mudah dan mengalir, bila yang kita lakukan itu betul-betul telah akrab dengan dunia kita sehari-hari. Resep ini pun bisa kita terapkan bagi temen-temen yang ingin belajar menulis.

Untuk itu, mulailah bikin tulisan dari apa yang ada. Artinya, mulailah kita menulis dengan tema-tema yang kita sukai, kuasai, minati, ada dalam keseharian, dan pokoknya yang materinya betul-betul telah akrab dalam keseharian kita (baca: materinya betul-betul kita miliki, dan bahkan telah menguasainya… he….).

Dengan bermodalkan hal-hal yang telah kita kuasai, maka saya yakin belajar menulis itu akan menjadi lancar, lancar dan lancar….! Coba saja kalau tidak percaya!!!! Hal ini diakui pula oleh Mohammad Natsir dengan ungkapannya: "Mulailah dari apa yang ada, karena yang ada lebih dari cukup untuk memulai pekerjaan."

Jadi, rahasia memulai bikin tulisan itu adalah dengan belajar menulis tentang sesuatu yang telah ada dalam diri kita. Itu adalah modal terbesar yang bisa kita manfaatkan dalam berlatih menulis. Bagaimana menurut Anda…. ???***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

Posted By Arda Dinata to ARDA QUANTUM WRITERS at 9/08/2008 08:31:00 AM

__________________________________________________
Apakah Anda Yahoo!?
Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam
http://id.mail.yahoo.com

08 September 2008

Sukses Menulis Artikel

Oleh ARDA DINATA
Email: arda.dinata@gmail.com

MENURUT
kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta, artikel diartikan sebagai karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar dan lain sebagainya. Sedangkan Lasa HS mengungkapkan tulisan artikel itu merupakan pengungkapan ide, menceritakan pengalaman dalam bidang tertentu yang tidak dikaitkan dengan tugas-tugas akademik.

Oleh karena itu, perlu pembaca MIQRA INDONESIA ketahui bahwa umumnya teknik penulisan artikel ini tidak diajarkan pada semua program dan jenjang pendidikan. Kiranya hanya terbatas pada penataran maupun pendidikan formal di bidang jurnalistik.

Pembaca MIQRA INDONESIA, penulis sering mendengar keluhan dari penulis pemula yang ingin menulis artikel ini. Misalnya berupa “Bagaimana sih…, memulainya?” atau pembaca MIQRA INDONESIA sudah berusaha menulis artikel dan beberapa kali mengirimkan artikelnya, tapi masih ditolak oleh surat kabar maupun majalah?

Kenyataan memperlihatkan bahwa sebagian dari mereka ada yang putus asa, mundur teratur dan tidak mau mencoba lagi. Padahal, kalau saja mereka memiliki rasa optimis bahwa dirinya mampu menulis sebuah artikel, maka mungkin saja karya artikel berikutnya yang menjadi awal kesuksesannya. Syaratnya, kita harus mau belajar dari mereka yang telah sukses lebih dulu dan kita hendaknya mengkaji ulang setiap artikel yang telah ditulisnya. Coba pembaca MIQRA INDONESIA perhatikan dan telaah pada setiap artikel tersebut. Apakah artikel itu telah memenuhi ciri-ciri sebagai artikel atau belum?

Untuk membangunnya berikut ini beberapa saran yang mesti pembaca MIQRA INDONESIA perhatikan dalam menulis sebuah artikel di surat kabar atau majalah. Sebuah artikel berbeda dengan tulisan lainnya. Yakni tulisan artikel bahasannya harus aktual, singkat, jelas, dan memiliki daya tarik tersendiri. Jika tulisan fiksi mendasarkan diri pada olah imajinasi, berita pada fakta, maka tulisan artikel ini berdasarkan pada opini penulis yang sifatnya subyektif. Cara penulisannya pun harus runtut berdasarkan logika sesuai arah permasalahan yang dibahasnya.

Dalam hal ini, pembaca MIQRA INDONESIA harus sadar betul kalau suatu surat kabar atau majalah itu bersifat bisnis, sehingga ia akan memuat atau menerbitkan sebuah artikel yang tidak hanya mengandalkan idealisme (baca: keilmuan) semata-mata, melainkan juga harus menarik dan disukai pembacanya.

Atas dasar itu, bagi pembaca MIQRA INDONESIA yang ingin menjadi penulis (artikel), maka harus mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri sebuah artikel tersebut. Secara sederhana dan umum, ciri-ciri yang harus dimiliki oleh sebuah artikel adalah seperti berikut ini.

Lugas, berarti artikel yang ditulis langsung menuju pada pokok bahasan (persoalan) dan tidak bertele-tele.

Logis, berarti segala informasi yang ditulis dalam artikel memiliki dasar dan alasan yang diterima akal sehat dan dapat diuji kebenarannya.
Tuntas, berarti masalah yang dibahas ada titik penyelesaiannya secara mendalam dan tidak menggantung.

Obyektif, berarti keterangan yang diinformasikan dalam artikel sesuai dengan data dan fakta yang ada, bukan khayalan.

Cermat, berarti berusaha menghindari berbagai kekeliruan, walau sekecil apapun dan usahakan bahasa yang digunakan dapat dipahami pembaca.

Terbuka dan tidak egois, berarti siap menerima kemungkinan tanggapan pendapat baru dan tidak melibatkan emosi berlebihan (tidak merasa diri paling benar).

Harus memperhatikan bahasa baku dan menggunakan kaidah tanda baca yang diakui, yaitu ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (baca: EYD).

Selain itu, dalam menulis artikel ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipahami sebelum benar-benar pembaca MIQRA INDONESIA menulisnya. Yakni selain harus menggunakan bahasa jurnalistik, juga harus memperhatikan dan dipahami berkait dengan tema, kerangka tulisan (yang berisi: judul, lead, jembatan, tubuh tulisan, dan penutup), paragraf, kutipan, dan langkah menulis artikel itu sendiri.

Bahasa Jurnalistik

Bahasa itu berfungsi sebagai alat penyampai ide dan informasi kepada orang lain. Begitu juga halnya dengan bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh penerbitan pers kepada pembacanya. Hal ini mensyaratkan bahasa yang digunakan harus mengandung makna informatif, persuasif, dan secara konsensus merupakan kata-kata yang bisa dimengerti secara umum, harus singkat tapi jelas dan tidak bertele-tele. Dalam arti lain bahasa jurnalistik, dapat dikatakan sebagai bahasa tulisan yang paling mendekati bahasa lisan.

Dalam buku Jurnalistik Praktis susunan Titin Supartini (1993) mengungkapkan bahasa jurnalistik merupakan perpaduan bahasa yang baik, benar, dan menarik, yang mempunyai unsur intelektual, komunikatif dan estetika.

Bahasa yang baik adalah bahasa yang selaras dengan kontekstualnya. Yang dipentingkan adalah unsur komunikatifnya. Bahasa yang baik juga akan terekspresi dalam cara penyampaian yang sistematis, sehingga mudah dicerna.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang berpatokan pada kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa yang benar adalah bersifat logis, kalimatnya efektif, dan unsur yang digunakan memiliki fungsi dan makna.

Bahasa yang menarik adalah bahasa yang mampu memberikan suasana dinamis, segar, dan aktual, sehingga pembaca merasa betah membacanya.

Mempelajari bahasa jurnalistik, rasanya kurang lengkap bila pembaca MIQRA INDONESIA tidak mengetahui karakteristik bahasa jurnalistik versi FX. Koesworo, dkk.(Dibalik Tugas Kulit Tinta; 1994), yaitu:

1. Sederhana, singkat-padat, jelas, langsung (to the point).

2. Hidup, lincah, sesuai dengan zamannya, mengandung kekayaan bahasa rakyat.

3. Kalimat singkat dan kata-kata positif, mengandung banyak fakta dengan menggunakan kata sesedikit mungkin (more and less words).

4. Bahasanya memasyarakat, dengan mengutamakan isi. Memperhatikan tata bahasa, tetapi tidak terlalu mengutamakannya.

5. Memiliki banyak gaya (style) bahasa. Yang dimaksud style adalah pemilihan dan penggunaan kata-kata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan pengertian tertentu bagi pembacanya.

Akhirnya, tidak ada kata lain yang pantas diajukan untuk pembaca MIQRA INDONESIA, selain selamat menulis dan semoga sukses berdakwah lewat tulisan artikel! Amin. Wallahu‘alam.***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:

Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.comDunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Langkah Menulis Artikel di Media Massa

Oleh: Arda Dinata*)
http://ardawriters.blogspot.com/
http://duniawriters.blogspot.com/

“Ide-ide, gagasan-gagasan cemerlang, tema-tema yang mengharukan, gaya yang sederhana, kepribadian yang membentuk lahirnya sebuah karya adalah sebuah karangan yang senantiasa menarik.”
(Wilson Nadeak).


Langkah jitu menulis artikel adalah dengan langsung menuliskannya dalam bentuk kalimat demi kalimat. Bagaimana untuk memulai menulis kalimat itu?

Memulai sebuah kalimat, syaratnya sudah tentu harus terpikir dahulu, tema apa yang akan kita tulis dalam artikel tersebut. Bila masalah yang akan ditulis menjadi artikel itu sudah ada dalam pikiran (kepala) kita, tentu akan lebih mudah memulainya dalam menyusun sebuah kalimat.
Dalam membuat kalimat, hendaknya kalimat pertama harus ada hubungannya dengan kalimat kedua. Begitu pun dengan kalimat-kalimat selanjutnya. Langkah-langkah demikian, tentu berlaku juga dalam menyusun alinea pertama harus sejalan dengan alinea kedua dan alinea berikutnya.

Dalam menulis sebuah kalimat, harus sesuai dengan tujuan kalimat. Artinya kalimat itu tidak perlu panjang-panjang, agar mudah dimengerti oleh pembaca. Namun demikian, kalimat panjang bukan berarti tidak boleh, asalkan mudah dimengerti dan tidak bertele-tele.

Terkait langkah memulai menulis artikel di media massa ini, intinya kita harus segera mempraktekkannya. Dalam menjalankan praktek, menurut Roesli Lahani Yunus (2002), seorang (calon) penulis harus punya bermacam-macam kemampuan. Dia harus mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama dalam penulisannya. Dia harus rajin dan tekun membaca. Kemudian harus rajin menulis atau melatih diri untuk berbagai tulisan (artikel).
Mempraktekkan semuanya itu, tentu bukan hanya untuk sekali atau sehari saja, tetapi setiap hari. Di sinilah gunanya latihan. Latihan berarti mempermahir seorang calon penulis artikel untuk menyusun kata-kata menjadi kalimat yang indah dan enak dibaca oleh siapa saja, hingga pembaca mengerti dari isi artikel yang kita tulis.

Sejalan dengan itu, Asep Syamsul M. Romli (1999), menyebutkan rajin membaca adalah kunci sukses seorang penulis. Dengan membaca, ia tidak saja memiliki banyak pengetahuan dan referensi tentang berbagai masalah, tapi juga dapat mempelajari bagaimana orang lain mengemukakan pandangannya lewat bahasa tulisan (artikel) di media massa.

Lebih jauh, Romel (sapaan akrab Asep Syamsul M. Romli) menyebutkan paling tidak ada empat modal dasar yang mutlak dimiliki seseorang untuk dapat menulis artikel. Pertama, kemauan. Kemauan merupakan modal utama bagi seseorang untuk menggerakan dirinya mencapai sesuatu. Bahkan bukan sekadar kemauan, melainkan harus berupa ambisi.

Kemauan atau ambisi untuk dapat menulis akan menimbulkan semangat, keuletan, dan mendorong seseorang melakukan apa saja yang memungkinkannya mencapai kemampuan menulis.

Kedua, motivasi menulis. Motivasi erat kaitannya dengan kemauan. Bahkan, motivasi inilah yang dapat memunculkan kemauan untuk (dapat) menulis. Karena, motivasi adalah niat. Maka niat yang terbaik dalam menulis, tentu dengan tujuan: berbagai wawasan, pengalaman, atau pengetahuan dengan pembaca; menyampaikan kebenaran; menyumbangkan pemikiran bagi orang lain atas pemecahan suatu masalah; dan sebagainya.

Ketiga, kemampuan. Setelah ada kemauan dan motivasi, tentunya harus ada kemampuan. Kemauan menulis tanpa kemampuan untuk melakukannya tidak akan menghasilkan. Begitu pula sebaliknya, jika kemampuan tidak disertai kemauan tidak ada karya.

Kemampuan menulis ini menyangkut persoalan bakat. Dan, bakat tidak akan berkembang atau dapat dioptimalkan tanpa latihan. Dengan demikian, bakat dan latihan merupakan dua hal utama untuk mencapai kemampuan prima. Kendatipun begitu, jika tidak ada bakat, latihan yang keras dan terus menerus akan mendatangkan kemampuan. Adapun kemampuan yang diperlukan untuk menulis artikel, antara lain: kemampuan mengamati fenomena; kemampuan berbahasa tulis; dan kemampuan berbahasa jurnalistik.

Akhirnya, agar langkah menulis artikel ini terencana dengan baik, maka rajin-rajinlah melakukan pola menggali ide setiap saat, mengumpulkan bahan atau referensi (dari buku, koran, majalah, kamus, kliping media massa, dan lainnya), baru selanjutnya segera kita mengikatnya dengan memulai menulis artikel.

Dalam hal ini, ada saran yang baik dari Hadiyanto (2001), dalam “Membudayakan Kebiasaan Menulis (Sebuah Pengantar),” disebutkan belajar menulis atau membudayakan kebiasaan menulis harus dimulai dengan gaya bertutur atau bercerita. Misalnya, dengan menceritakan (menuliskan-pen) pengalaman hidup sehari-hari, pengalaman ketika melakukan perjalanan, atau menuliskan sesuatu berdasarkan hasil pengamatan terhadap alam sekitar kita, termasuk masyarakatnya. Bisa juga menceritakan pengalaman orang lain. Pokoknya, segala sesuatu yang bisa kita ceritakan kepada orang lain, baik formal maupun tidak formal, sangat baik sebagai bahan ketika mulai belajar menulis.

Adapun langkah-langkah menulis, yang dapat kita lakukan adalah antara lain: biasakan berpikir logis dan sistematis, menentukan tema yang kita kuasai, membatasi pembahasan tulisan artikel dengan membuat kerangka tulisan, menentukan lead pendahuluan yang tepat, membangun tubuh tulisan melalui pembuatan paragraf yang mengalir, dan mengakhiri tulisan artikel dengan “memuaskan” pembaca. Selamat belajar menulis, Anda pasti bisa menulis artikel di media massa!***

*) Penulis adalah kolomnis dan pengasuh majelis jurnalistik di MIQRA Indonesia, www.miqrajurnalistik.blogspot.com.

Berprestasi Melalui Tulisan

Oleh ARDA DINATA
Email: arda.dinata@gmail.com

DUNIA tulis menulis tidak hanya milik kaum wartawan. Siapa pun, kalau mau berlatih, bisa juga jadi penulis. Masalahnya, kadang-kadang kita tidak menyadari potensi yang dimiliki. Melalui tulisan ini, penulis mencoba berbagi pengalaman dalam bidang tulis menulis kepada pembaca MIQRA INDONESIA GROUP.

Tujuan utama dalam tulis menulis, adalah dimengertinya setiap kalimat yang kita susun bagi para pembaca. Kalimatnya tepat, jelas, dan tidak membingungkan pembaca. Selain itu, tulis menulis bermaksud untuk mengungkapkan fakta, data, perasaan, sikap, isi hati dan pikiran secara efekif kepada pembaca.

Bagi calon penulis, setidaknya ada tiga tahap yang harus dilalui. Yakni teknik penulisan, muatan atau isi, dan kontinuitas menulis. Barangkali pembaca MIQRA INDONESIA telah menguasai teknik penulisan dan isinya, tetapi malas untuk menulis secara kontinyu. Tentu hasilnya akan tersendat-sendat dikala menuangkan ide ke dalam tulisan. Atau pembaca MIQRA INDONESIA telah memiliki simpanan data, fakta dan ilmu pengetahuan sebagai calon isi tulisan. Tetapi, belum mengetahui teknik penulisan dan tidak secara kontinyu menulis, maka dapat dipastikan lebih sering menghadapi kegagalan. Sebaliknya, teknik dan kontinyuitas telah pembaca MIQRA INDONESIA miliki, tetapi tidak pernah berusaha menambah wawasan dan isi tulisan tersebut. Sehingga tulisan terasa kering, tidak berkembang dan membosankan.

Berdasarkan pengalaman, tidak terlalu banyak syarat sebenarnya untuk memulai menulis. Awalanya, kita harus selalu mencoba menulis, menulis, dan menulis apa saja yang ada dalam pikiran serta banyak membaca. Kemudian hasil dari tulisan itu, kita kirim ke surat kabar tertentu. Tapi, tentunya sebelum tulisan tersebut kita kirimkan, terlebih dahulu kita perlu membaca ulang dan merevisinya beberapa kali. Barangkali, ada kata-kata yang kurang tepat atau rancu. Di sini yang perlu diperhatikan juga adalah masalah ‘selera’ redaksi surat kabar tersebut.

Bagi seorang penulis, buku, membaca dan menulis adalah sebagian dari hidupnya. Penulis tanpa buku, akan menghasilkan tulisan yang hambar dan tidak berbobot. Sehingga ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “Berbobot atau tidaknya sebuah tulisan, adalah karena ditunjang oleh banyaknya buku yang pernah dibaca penulisnya.”

Dari aktivitas menulis tersebut, selain kita telah berdakwah lewat tulisan. Kita juga akan mendapatkan imbalan materi. Besarnya honorarium tergantung kebijaksanan redaksi surat kabar yang bersangkutan, berkisar antara Rp. 10.000 sampai 200.000 rupiah per tulisan (puisi, cerpen, artikel, resensi buku, dll), bahkan lebih. Cukup lumayan bukan?

Bayangkan kalau pembaca MIQRA INDONESIA mampu menulis secara produktif. Misalnya, tiap hari mampu menulis satu tulisan, maka dalam satu minggu terkumpul tujuh buah tulisan. Lalu tulisan itu, kita kirimkan ke tujuh surat kabar dan ternyata dimuat, maka berapa pendapatan yang pembaca MIQRA INDONESIA terima? Sungguh luar biasa … bukan! Ini idealnya dan kenyataannya tergantung dari aktivitas dan kreatifitas diri kita sendiri.

Menurut The Liang Gie (1983), ada enam jenis nilai yang akan dilahirkan dalam tulis menulis, yaitu:

1. Nilai kecerdasan (Intellectual value).

Dengan sering menulis yang antara lain berupa menghubungkan buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis serta menimbang-nimbang sesuatu perkataan yang tepat. Maka seseorang akan senantiasa bertambah daya pikirnya, kemampuan hayalnya sampai tingkat kecerdasannya.

2. Nilai pendidikan (Educational value).

Seseorang pemula yang terus menulis, walaupun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau berkali-kali ditolak. Sesungguhnya itu melatih diri menjadi tabah, ulet, dan tekun, sehingga akhirnya pada suatu hari mencapai keberhasilan. Setelah menjadi penulis yang berhasil, bilamana ia terus menghasilkan karya tulis, ini berarti ia dapat memelihara ketekunan kerja dan senantiasa berusaha memajukan diri. Itu semua merupakan nilai pendidikan yang sukar diperoleh dari sekolah manapun.

3. Nilai kejiwaan (Psychological value).

Bilamana karena keuletan terus menerus menulis dan akhirnya tulisannya dapat dimuat dalam surat kabar terkenal atau diterbitkan sebagai buku oleh penerbit terkenal. Sehingga, lahirlah pada diri penulisnya kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri.

4. Nilai kemasyarakatan (Social value).

Seseorang penulis yang telah berhasil dengan karya-karya tulisannya, biasanya akan memperoleh penghargaan di masyarakat. Paling tidak, namanya dikenal oleh para penerbit, pengusaha toko buku dan sidang pembaca tertentu.

5. Nilai keuangan (Financial value).

Tentu saja, jerih payah dari seorang penulis yang berhasil akan menerima imbalan uang dari pihak yang menerbitkan karyanya, seperti yang penulis gambarkan di awal tulisan ini.

6. Nilai filsafat (Philosophical value).

Salah satu gagasan besar yang digumuli para ahli pikir sejak dulu ialah keabadian. Jasad orang-orang arif tidak pernah abadi, tetapi buah-buah pikiran mereka kekal diabadikan melalui karangn yang ditulis. Sampai hari ini, manusia modern mengetahui kearifan Plato melalui naskah percakapannya; kita mengetahui luasnya pemikiran Imam Al-Ghazali melalui karya-karya tulisnya; dll. Dunia Timur menyadari nilai ini dengan pepatahnya, “Segala sesuatu musnah, kecuali perkataan yang tertulis.” Bagaimana menurut Anda???***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:

Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.comDunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Karena itu Aku Menulis

Salzburg, Maret 2003, Amelia Hapsari

Ini Salzburg, sebuah kota di lereng gunung Alpen yang mulai menghangat di awal musim semi. Hutan masih kerontang karena musim dingin mengendapkan kehidupan pada coklat pucat dan kelabu yang muram. Tapi rumput-rumput kecil yang lembut dan keras hati sudah mulai tumbuh, menemani bunga-bunga liar putih kecil bertotol kuning di tengahnya, atau si lila mungil yang mulai bercokol di sela-sela semak yang belum tumbuh daunnya.

Salzburg masih belum tersentuh warna musim panas yang hijau-biru segar seperti dirinya dalam film “Sound of Music.” Tapi aku di sini, mulai detik ini, akan memulai suatu titik baru dalam hidupku. Aku akan menulis lagi.

Sejak aku mulai bisa mengeja kata dan melambangkan bahasa dengan coretan-coretan berbentuk alfabet yang bisa dibaca, aku sudah mulai menulis. Aku mengarang cerita tentang seorang anak yang dipungut oleh orang tuanya dan kemudian menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Cerita itu kutulis di atas kertas kalender harian yang disobek karena sudah lewat tanggalnya. Kertas-kertas itu kusembunyikan supaya kedua orang tuaku tidak mengetahui isinya.

Tentu saja itu hal yang mustahil, karena rumah kami ketika itu tidak mengenal privasi. Mama, Papa, aku, dan ketiga adikku tinggal tidur di sebuah kamar yang sama, baju-baju kami disimpan di lemari yang sama, dan alat-alat sekolah kami juga berbagi rak yang sama dengan buku-buku lain. Aku hanya merasa malu, bahwa aku sempat membayangkan cerita anak pungut itu. Ini semua gara-gara film drama cengeng Indonesia tahun 80-an yang kutonton di TVRI. Cerita itu tidak pernah selesai, dan kertasnya mungkin sudah kuenyahkan.

Setelah itu aku masih selalu berusaha menulis dengan baik. Aku membuat buku kumpulan puisi bersama temanku Ninis pada kelas tiga SD. Kumpulan puisi itu sempat terbit sampai tiga edisi. Terbitannya cuma satu kopi, dari sobekan halaman tengah buku tulis yang kemudian dibendel dengan staples. Aku dan ninis memberi nilai satu sampai sepuluh karya-karya kami. Tentu saja karyaku sendiri kuberi nilai tinggi-tinggi. Curang sekali, ya? Tapi toh hanya Ninis yang protes, karena tidak pernah ada orang yang kami perbolehkan membacanya.

Setelah aku di kelas lebih tinggi, lebih banyak membaca puisi, karya-karya itu kupandang norak dan tidak bermutu, maka gampang terbuang begitu saja. Ingatanku tentang usahaku menulis setelah itu adalah ketika aku kelas lima SD, dan ingin menulis tentang seorang gadis kecil yang pandai tapi sombong. Belum jadi satu halaman, orang-orang di rumahku sudah mulai berseliweran sambil berusaha mengintip, apa yang sedang aku tulis. Jangan salah sangka, aku yakin mereka bangga bahwa aku gemar menulis. Tapi keingintahuan mereka membuatku malas menulis lagi.

Aku merasa bahwa suka menulis itu tidak normal, bahkan menulis itu bukan suatu cita-cita yang harus terus ditekuni. Mengapa? Ada tiga alasan yang pernah aku bayangkan.

Yang pertama, menulis itu menghasilkan terlalu sedikit uang. Dilahirkan di keluarga wiraswastawan, aku selalu dididik untuk menghargai uang. Kami selalu hidup hemat, dan berusaha mengumpulkan uang.

Kalau waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik digunakan untuk bekerja dalam bidang teknik, perdagangan, atau bidang lain yang lebih menguntungkan secara ekonomi, maka pekerjaan menulis boleh dikategorikan sebagai penggunaan waktu yang tidak terlalu produktif. Semua tulisan yang baik melalui proses riset dan pemikiran yang mendalam, digarap dengan teknik yang memakan waktu untuk berlatih dan berani salah, serta melibatkan proses pencarian gaya tulisan yang bertahun-tahun. Untuk sebuah ketrampilan yang ditempa sedemikian lama, penulis rata-rata mendapat penghasilan yang tidak seimbang. Apalagi kalau ia hanya menulis untuk dirinya sendiri. Apalagi kalau ia harus menghidupi keluarganya.

Yang kedua, penulis itu terlihat memenuhi syarat untuk digolongkan jadi pemalas. Aku bisa membayangkan mempunyai suami seorang penulis yang bangun seenaknya, dengan pakaian seenaknya juga mulai menulis, makan dan tidur seenaknya, dan pergi seenaknya. Pasti dibutuhkan hati seluas samudra untuk menjadi istri seorang penulis. Sedangkan menjadi suami seorang penulis, aku belum bisa membayangkannya, karena tuntutan sebagai istri dan ibu di Indonesia hampir tidak bisa ditawar lagi. Keadaan ini, ditambah dengan harga tulisan yang tidak menentu, tidak adil bagi pasangan para penulis, apalagi anak-anak mereka.

Yang ketiga, penulis itu seringkali mau enaknya saja. Kritik sana kritik sini, tapi jarang benar-benar ikut serta untuk memperbaiki masalah, alias omdo (omong doang). Karena pengetahuan mereka di ranah teori dan banyaknya bacaan mereka yang memperluas wawasan, para penulis mudah menuding, apalagi menulis analisa yang membuat luka-luka pada pihak yang merasa tertuding. Karena itu penulis biasanya lekas dianggap idealis dan tidak realistis, sehingga cap omdo pada penulis ini mudah dilekatkan masyarakat sekitarnya.

Paling tidak, inilah gambaran orang tuaku tentang penulis. Gambaran yang sangat manusiawi dan wajar dimiliki siapapun. Karena ini, dan lebih karena tema-tema pelajaran mengarang dari SD sampai SMA tidak pernah jauh dari tema kebersihan lingkungan dan tema-tema apolitis yang membosankan lainnya, maka bertahun-tahun sejak lulus SD aku tidak menulis lagi. Kalau aku menulis, aku menulis di malam larut yang sepi, ketika aku sendiri, kemudian menyimpannya rapat-rapat dari dunia luar asing yang tidak memahamiku.

Tapi mulai hari ini aku akan mulai menulis lagi.

Aku menulis, karena seringkali aku tidak cukup luas untuk menampung muatan gundah atau marah yang menyerbuku. Sering kali juga rasa syukur itu meluap banjir dan butuh mengalir. Dan kalau aku sedih, aku butuh suatu ruang kosong untuk menuang air mataku dan meletakkan bebanku. Aku menulis karena ada yang minta dilahirkan melalui pena dan buku tulisku.

Aku menulis, karena identitasku sebagai minoritas di manapun aku berada. Kalau Anda belum pernah menjadi minoritas, beginilah rasanya. Sebagai seorang wanita, aku diharapkan untuk mencapai “kodratku,” sebagai ibu dan istri yang baik. Karena itu setiap kali aku berhadapan dengan laki-laki dalam konteks kerja, aku selalu ditatap dengan sorot mata yang berkata, “Nggak usah lah berkompetisi dengan kami, para laki-laki. Dua atau tiga tahun lagi kamu akan punya anak dan nggak akan punya waktu lagi buat bersaing dengan kami.”

Sebagai seorang beretnis Cina di Indonesia, aku masih selalu merasa dicurigai, bahwa aku akan mewakili ide-ide prototip Cina yang menghalalkan segala cara hanya demi uang, atau hanya berorientasi pada perolehan laba sebesar-besarnya. Kalau aku ke Amerika, ke Eropa, atau ke negara lain yang katanya menjunjung sikap anti diskriminasi, segera aksen Jawa pada bahasa Inggris atau Jermanku membuat orang berpikir panjang untuk menilai bahwa aku sama kompetennya dengan mereka.

Aku juga hanya sedikit minum alkohol dan tidak merokok, yang segera membuatku dianggap kurang gaul atau terlalu konservatif di negara-negara Barat. Bahkan kalaupun aku ke Cina, tempat di mana aku secara fisik tidak akan kelihatan jauh berbeda dengan penduduk mayoritasnya, mereka akan bilang bahwa aku orang Indonesia, dari budaya yang tidak sama dengan mereka.

Dengan menulis, aku menyampaikan diriku yang aku yakini, tanpa harus masuk ke dalam benteng-benteng sempit itu. Aku bisa bebas bersuara, tanpa perlu menampakkan wajahku, yang kadang membuat benteng-benteng tadi, atau tanpa memperlihatkan logat Jawaku, yang sering dianggap kampungan. Ketika orang membaca tulisanku, mereka akan membacanya pada sebuah sudut tenang sehingga aku dalam tulisanku bisa berbicara secara personal kepada mereka, tanpa dihalangi benteng-benteng aneh tadi. Dengan menulis, identitasku yang majemuk itu tidak lagi menjadi sandungan-sandungan, tetapi justru memperkaya nuansanya.

Dengan menulis, aku mendapat kesempatan untuk menyusun semua yang ingin kusampaikan beserta segala bentuk emosinya secara teratur, sehingga aku memperkenalkan perspektifku dengan lebih efektif dan berani. Dalam komunikasi langsung, kadang naluri Jawaku untuk menghindari konflik masih mendominasi keinginanku untuk terus terang dan terbuka dalam berbedaan pendapat.

Tulisan adalah senjataku, karena pada saat-saat tertentu aku merasa sebagai manusia yang sangat tidak berdaya. Ketika perang dinyatakan, ketika hak hidup manusia diinjak-injak, ketika yang berkuasa merampas, ketika alam tidak diindahkan, ketika melihat kebencian yang dilegitimasi oleh agama atau etnisitas, aku merasa lemah. Aku merasa kesepian dan sendirian dalam keinginan untuk menghentikan semua itu. Karena itu aku duduk sendiri dan menulis. Aku menulis sisa-sisa harapan di padang kegelisahanku.

Aku meyakini tulisanku sebagai sebutir biji atau spora lumut yang paling bandel yang akan tinggal di pikiran siapapun yang membacanya. Dengan paduan keadaan dan suatu kesempatan yang tepat, aku yakin bahwa suatu hari spora lumutku akan tumbuh di suatu tempat, menjadi perintis sebuah taman baru yang berbuah banyak.

Karena itulah rezim otoriter yang keji membenci para penulis. Mereka menghukum bahkan membunuh banyak penulis hebat hanya karena tulisannya. Karena tulisan adalah bom waktu yang bisa meledak ketika sejarah menghendakinya. Dan karena itulah aku menulis.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://ardapenulis.blogspot.com

Rahasia Memulai Menulis

Oleh ARDA DINATA
http://ardaiq.blogspot.com

"Mulailah dari apa yang ada, karena yang ada lebih dari cukup untuk memulai pekerjaan."
(Mohammad Natsir)


Menulis adalah sebuah pekerjaan. Artinya kita harusnya serius ketika melakukan aktivitas pekerjaan agar hasilnya tidak mengecewakan. Begitupun, dengan kegiatan menulis. Kita harusnya terus berlatih tiada henti dalam mengasah ketrampilan menulis, sehingga hasilnya tidak mengecewakan.

Banyak temen-temen di tanah air yang SMS dan kirim email ke saya menanyakan, “Bagaimana Pak rahasia untuk memulai menulis itu?”

Aku kadang sekenanya saja menjawab, karena lewat SMS itu terbatas jawabannya. Untuk itu tulisan ini mungkin bisa melengkapi jawaban saya yang pernah temen-temen terima sebelumnya.

Ingat, sesuatu pekerjaan itu akan terasa mudah dan mengalir, bila yang kita lakukan itu betul-betul telah akrab dengan dunia kita sehari-hari. Resep ini pun bisa kita terapkan bagi temen-temen yang ingin belajar menulis.

Untuk itu, mulailah bikin tulisan dari apa yang ada. Artinya, mulailah kita menulis dengan tema-tema yang kita sukai, kuasai, minati, ada dalam keseharian, dan pokoknya yang materinya betul-betul telah akrab dalam keseharian kita (baca: materinya betul-betul kita miliki, dan bahkan telah menguasainya… he….).

Dengan bermodalkan hal-hal yang telah kita kuasai, maka saya yakin belajar menulis itu akan menjadi lancar, lancar dan lancar….! Coba saja kalau tidak percaya!!!! Hal ini diakui pula oleh Mohammad Natsir dengan ungkapannya: “Mulailah dari apa yang ada, karena yang ada lebih dari cukup untuk memulai pekerjaan.”

Jadi, rahasia memulai bikin tulisan itu adalah dengan belajar menulis tentang sesuatu yang telah ada dalam diri kita. Itu adalah modal terbesar yang bisa kita manfaatkan dalam berlatih menulis. Bagaimana menurut Anda…. ???***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.comDunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Menulis: Menemukan Siapa Kita?

Oleh ARDA DINATA
http://ardadinata.tk

”Saat kamu meletakkan pena di kertas dan menuangkan pikiranmu, kamu mulai menemukan apa yang kamu ketahui tentang dirimu sendiri, juga tentang dunia.”
(Caryn Mirriam-Goldberg
)


KALAU mau jujur, dalam hidup ini yang paling sulit itu sesungguhnya bila disuruh untuk menilai diri sendiri. Makanya, para psikolog biasanya untuk mengetahui dan memperbaiki perilaku seseorang, salah satunya adalah menyarankan dengan cara meminta pendapat atau penilaian dari orang lain yang terdekat dengan kita.

Hasilnya, sudah dapat dipastikan nilai kejujuran tentang pribadi kita akan muncul. Baik mengenai kebiasaan, kelebihan, kekurangan, hal-hal yang paling disenangi, dan hal lainnya. Pokoknya, hasil penilaian mereka itu sangat membantu kita dalam melakukan instropeksi dan perbaikan diri.

Lantas, pertanyaannya adalah bisakah kita menemukan sendiri tentang siapa diri kita ini sesungguhnya? Jawabnya, bisa! Yakni dengan menulis. Ya, dengan kegiatan menulis secara jujur mengenai segala hal yang kita lakukan setiap hari. Kita dapat menulis dan menelaah tentang apa yang disukai atau dibenci sekalipun, apa yang menyakitkan, apa yang kita butuhkan, apa yang dapat kita berikan, serta apa yang diinginkan sesungguhnya dalam hidup ini.

Dari dokumentasi tertulis seperti itulah, nantinya kita dapat merekap ulang dan menyimpulkan tentang segala sesuatu menyangkut diri kita. Temanya dapat kita golongkan menjadi: kebiasaan, keburukan, kebaikan, kebencian, kesenangan, hobi, dan persepsi tentang kehidupan itu sendiri atau lainnya.

Di sini, syaratnya hanya satu. Kita dituntut untuk selalu jujur ketika menuangkan pikiran, ide, dan inspirasi kita itu dalam bentuk tulisan. Tanpa kejujuran, maka yang didapat nantinya bukan pribadi diri kita yang sesungguhnya. Pokoknya, kebiasaan menulis ini dapat membantu memahami diri dan keberadaan kita di dunia dengan lebih baik. Terkait dengan itu, Robert Duncan, pernah mengungkapkan bahwa menulis adalah salah satu cara memangkas bagian permukaan sesuatu untuk menjelajahi atau memahami banyak hal.

Atas dasar itu, pantas saja Caryn Mirriam-Goldberg menyimpulkan ada 12 alasan, mengapa kita perlu menulis, yaitu:

· Menulis membantu menemukan siapa dirimu.

· Menulis dapat membantu percaya diri dan meningkatkan kebanggaan.

· Saat menulis, kamu mendengar pendapat unikmu sendiri.

· Menulis menunjukkan apa yang dapat kamu berikan pada dunia.

· Dengan menulis, kamu mencari jawaban terhadap pertanyaan dan menemukan pertanyaan baru untuk ditanyakan.
· Menulis meningkatkan kreativitas.

· Dengan menulis, kamu dapat berbagi dengan orang lain.

· Menulis memberimu tempat untuk melampiaskan amarah/ ketakutan, kesedihan, dan perasaan menyakitkan lainnya.

· Kamu dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis.

· Menulis memberimu kesenangan dan cara mengungkapkannya.

· Menulis membuatmu lebih hidup.

· Kamu dapat menemukan impianmu melalui menulis.

Sungguh luar biasa dan menyenangkan ke-12 manfaat dari aktivitas menulis itu, saya pun telah merasakan dari manfaat-manfaat tersebut. Dampaknya, tentu hidup kita akan semakin lebih hidup.

Jadi, dalam hidup ini tidak ada alasan untuk tidak menulis. Untuk itu, menulislah mulai sekarang untuk menemukan dirimu sendiri. Menulis yu...., yukk!!!***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.com
Dunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Menulis Dengan Ilham

Oleh ARDA DINATA
Email: arda.dinata@gmail.com

"Saya menulis dengan ilham."
(HAMKA)


Ilham berarti petunjuk yang datang dari Tuhan dan terbit di hati; atau merupakan bisikan hati. Ilham juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang menggerakkan seorang penulis untuk membuat tulisan.

Jadi, keberadaan ilham ini merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi seorang penulis. Untuk itu, segera ikat ilham yang muncul di hati seorang penulis itu dengan menuliskan kata-kata dan kalimat ilham tersebut dalam sebuah (kertas, buku) kumpulan-kumpulan ide secara khusus. Sebab, ingat ilham itu belum tentu datang lagi menghampiri kita di kemudian waktu. Kalau pun hadir kembali, itu pun prosesnya saya yakin cukup lama dan susah memancingnya. Ada yang pernah merasakannya?

Setelah ilham itu kita catat, HAMKA seorang Ulama dan penulis produktif pada jamannya, menyarankan dengan mengatakan: “Membuat karangan jangan ditunda-tunda, setelah bahan terkumpul baru menulis.” Inilah anjuran HAMKA kepada anaknya, Rusydi Hamka.

Untuk itu, saran saya, begitu ilham menghampiri kita, maka segera menuliskannya dalam bentuk tulisan. Biarkan pikiran kita mengalir menuliskannya. Baru setelah kita selesai menulis, rehat sejenak dengan merujuk pada sumber pustaka yang kita punyai (buku, kliping, kamus, dll) sesuai tema terkait dengan ilham tersebut.

Berdasarkan pengalaman, bila kebiasaan membaca kita bagus dan didukung pengarsipan dokumentasi sumber pustaka yang baik, pengembangan ilham itu akan mengalir dengan sendirinya. Pokoknya, kita akan konek (secara alami) dengan tema-tema referensi sejenis yang kita miliki. Kalau udah begini…, indah banget rasanya…!!!

Jadi, segera ikat ilham yang hinggap dalam pikiran dan hati kita dengan segera menuliskannya. Yang jelas dari kebiasaan membaca yang baik, ilham (baru pun) itu akan muncul dan sekaligus akan memperlancar menuangkan ilham dalam media tulisan. Bagaimana menurut Anda, setuju …..???***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.com
Dunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Kesalahan Besar Calon Penulis

Oleh ARDA DINATA
Email: arda.dinata@gmail.com

"Hindarilah kesalahan besar, yaitu kesalahan tidak berbuat apa-apa!" (Mohammad Natsir)

Banyak orang ingin bikin tulisan, tapi itu hanya sekedar keinginan. Dia sibuk dengan berbagai macam pikiran yang membuatnya tidak melakukan apa-apa. Hanya sekedar ingin dan ingin.

Padahal, kalau kita mau jujur, belajar menulis itu tidak lain dengan segera menuliskannya. Tepatnya, lakukan menulis, menulis, dan menulis. Buang jauh pikiran yang menghambat Anda dalam belajar menulis.

Misalnya, Bagaimana kalau aku macet di jalan ketika menulis?, Bagaimana kalau ideku terus-terus mengalir atau sebaliknya ideku tidak muncul-muncul?, dan bla.., bla… segudang pertanyaan yang bikin kita tidak menulis-nulis.

Pokoknya, tugas pertama kita ketika belajar menulis adalah hanya satu. Yakni terus bikin tulisan, tulisan, dan tulisan. Lupakan (untuk sementara) masalah tata bahasa, gaya bahasa, dll. Nanti juga masalah itu ada waktunya. Gunakan media blog misalnya untuk menuangkan latihan-latihan kita dalam menulis. Sebab, kesalahan terbesar bagi para calon penulis ialah tidak menulis apa-apa.

Bukankah belajar menulis itu, seperti belajar berenang. Artinya, kalau kita ingin menjadi penulis, maka kuncinya dengan terus menulis. Dalam hal ini, tepat apa yang dikatakan Mohammad Natsir bahwa “hindarilah kesalahan besar, yaitu kesalahan tidak berbuat apa-apa.”

Hal terakhir itulah kesalahan besar calon penulis. Yakni tidak menulis apa-apa. Bagaimana menurut pendapat Anda, setuju…..????***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.com
Dunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

06 September 2008

bisnis, menulis, iklan gratis

Pasang Iklan ke Ribuan Iklan Baris Gratis « Kumpulan bisnis pulsa ...
Caranya antara lain dengan memasang logo Growurl.com, menulis review, ... Web penyedia jasa pemasangan iklan gratis ini berbeda tampilan dari yang lain, ...ke.web.id/1000iklan/ - 56k - Tembolok - Halaman sejenis

Karir atau bisnis Anda pun bertambah sukses karena kemampuan ...
Iklan Gratis Plus Berita terkini · Home · Iklan Plus. Karir atau bisnis Anda pun bertambah sukses karena kemampuan menulis! Subcribe via RSS ...iklan.plusberita.com/karir-atau-bisnis-anda-pun-bertambah-sukses-karena-kemampuan-menulis.html - 42k - Tembolok - Halaman sejenis

Pasang Iklan Baris Gratis » Internet » menulis itu mudah dan bisa ...
tips menulis mudah dan murah untuk hobi, presentasi dan passive income ... 2008 Pasang Iklan Baris Gratis Iklan Baris Gratis Selamanya Silahkan Pakai ...iklangratis.net/2008/08/menulis-itu-mudah-dan-bisa-dilakukan-oleh-siapa-saja-dan-kapan-saja.html - 22k - Tembolok - Halaman sejenis

Pasang Iklan Baris Gratis » Peluang Bisnis
Aug 22nd, 2008 • Category: Peluang Bisnis. -menulis berbagai macam ... Iklan Baris Gratis Selamanya Silahkan Pakai Sepuasnya Masukkan Iklan Baris Anda ...iklangratis.net/category/peluang-bisnis - 25k - Tembolok - Halaman sejenisHasiltemuan lainnya dari iklangratis.net »

Iklan Baris Gratis Tanpa Daftar - Tahukah Anda Bahwa Menulis Awal ...
Type iklan : Free Ads. August 27th, 2008 Kategori Bisnis .... PERHATIAN : Iklan Baris Gratis Tanpa Daftar Tidak Bertanggung Jawab Atas Segala Isi Iklan ...bjm.promo.web.id/bisnis/tahukah-anda-bahwa-menulis-awal-bisnis-online.html - 36k - Tembolok - Halaman sejenis

Iklan 100 Level Promosi Bisnis CaraSukses.com Menulis Itu ...
Jadi setiap pebisnis online adalah wajib mempunyai ketrampilan menulis. Tentu saja menulis itu di ... Iklan Gratis! Fasilitas Gratis! Plus Bisnis Fantastis! ...iklan.carasukses.com/tips.php?c=menulis-di-blog&settips=0&id=100level - 38k - Tembolok - Halaman sejenis

RAHASIA MENULIS SALES LETTER AMPUH! :: Iklan Baris Gratis
4 Sep 2008 ... Iklan Baris Gratis - RAHASIA MENULIS SALES LETTER AMPUH! ... Kerja Bisnis Online Lowongan Internet Marketing Bisnis Internet Inves ...www.forumiklan.com/detailiklan/118923/RAHASIA-MENULIS-SALES-LETTER-AMPUH! - 22k - Tembolok - Halaman sejenis

Bagaimana Cara Menulis Skripsi & Tesis Sendiri Media Iklan Gratis
4 Sep 2008 ... Media Iklan Gratis Iklan Barisnya Gratis, Layanan Tetap Maksimal ... Label Iklan: blog agobisnis, Blog bisnis, Blog busana, Blog internet, ...media-gratis.com/bagaimana-cara-menulis-skripsi-tesis-sendiri-2.html - 26k - Tembolok - Halaman sejenis

Menulis IKLAN BARIS GRATIS
Portal Iklan Baris Situs iklan baris gratis, tanpa daftar ... Rahasia Memulai Bisnis Bikin Duit dalam waktu 30 Menit; Simak Testimonial salah satu member ...indodirectory.net/tag/menulis - 61k - Tembolok - Halaman sejenis

Bisnis Gratis » Membaca Menulis Praktek Sukses
Training Bisnis Gratis Plus Iklan Baris Gratis Untuk Bisnis Internet Anda Agar ... Di bisnis internet, orang menulis dan membaca. Sedangkan di dunia bisnis ...bisnisgratis.net/membaca-menulis-praktek-sukses - 12k - Tembolok - Halaman sejenis

30 July 2008

Writing Literature

Writing Literature Essays
Submitted by dmbh

During the two year IGCSE course you will be expected to write about the texts you study in a variety of ways. You may be asked to write a diary or monologue in role as on of the characters, rewrite the story for a different audience, write a newspaper article about the story etc. But the most common way of responding to literature is through an essay which are are asked to 'discuss...','compare...','give a personal response...' Etc. Essays like this are called literary criticism, and you need to be able to analyse the text and describe your response. There are certain basic techniques for writing in this way.

Techniques of Literary Criticism
1. Answer the question
2. Write in an appropriate style
3. Support your answer with evidence

1. Answer the questionImagine you were asked one of these typical IGCSE questions:
• Comment on the role of X in helping the audience understand the play.
• Compare and contrast the characters X and Y.

In order to answer the question successfully you need to be absolutely clear about what you are being asked to do. The question will definitely not ask you to retell the storyline. This is the biggest mistake students make - retelling the storyline rather than answering the question.

Start by underlining or writing out key words from the questions, and then make notes. In your notes you should be writing down the key points you will make in your essay. Choose your own preferred style of making notes but some useful suggestions are spider-diagrams or lists.

2. Write in an appropriate style
• Literary criticism requires a fairly formal style. That means that you should:
• Use standard English
• Avoid contractions (e.g. isn't, aren't)
• Use precise vocabulary and avoid using slang ie use 'the children' rather than 'the kids'
• Write in substantial paragraphs, usually two, three or four to a side of A4.
• Use an introduction if you need to define the title, or explain your approach to the questions. Otherwise, dive straight into your first point.
• Try to use an impersonal style e.g. 'one fo the main themes in the play 'All My Sons' is the extent to which an individual is responsible to other members of society.'
• Use cohesive devises to add variety and clarity to your writing: however, although, therefore, then, at first, later...and so on.
• Show that you are answering the question by echoing its phrasing at the start of a new paragraph.
• Avoid sounding like you are having a chat with your best friend.

3. Support your opinions with evidenceOne of the most important techniques when writing literature essays is to use quotations to support your ideas. There are two ways of using quotations:
1. Place long quotations (more than one sentence) in a separate paragraph e.g. Like all tragic heroes Keller makes a mistake which results in his downfall and eventual death. He is guilty of placing his family above the wider family of society and expects everyone else to do the same.'There's nothing he could do that I wouldn't forgive. Because he's my son...I'm his father and he's my son, and if there is something bigger than that I'll put a bullet in my head.' (-Arthur Miller, All My Sons)

2. Embed short quotations into your own sentences. E.g. Joe Keller is a man in his sixties who believes that 'there is nothing bigger than family.'(-Arthur Miller, All My Sons)Finally there is no substitute for detailed knowledge and understanding of the text. Students who demonstrate they are extremely familiar with the characters, action and background of a text generally score high grades in their exams and on their class assignments. Take time to reread each book, play or poem studied.

Tips for Writing Articles

Tips for Writing Articles in an Effective Manner Revealed
Submitted by limalan8.8

If you want to get the most out of your article marketing efforts, then your article must be effective. It is the efficacy of the article that makes for increased sales generation. Writing articles will help you in the building of a powerful online presence. Given below are a few tips that might just help you in the writing of an effective article.

Write a Good Article

Everybody wants to write a good article. After all, nobody would like to write a bad article. However, the word good means different things for different writers. For some it would be writing articles that are informative, for others it would mean an article that has a lot of flowery language, while for many other writers it would mean using keywords in each and every sentence. One must realize that a good article means an article that is able to convey the information to the target audience in a way such that they are able to understand the topic and thus base their decision based on the content of that article.

The Conversational Mode

It’s best to talk like a friend while writing articles. Don’t write like a teacher giving instructions to students, unless specifically asked to do so. A conversational style of writing also enables a writer to connect with the conversation that might be going through a readers mind. This also allows a writer to build trust through his or her article as they connect with the reader in one form or the other. As a writer, your job is to not only write good article but also form a bond with the reader. You must get in touch with their thoughts and ideas.

Lay your Foundation in Simplicity

While you are writing articles, you must make sure that people understand your articles. This can only be accomplished if you write in a simple language. Article marketing concentrates on all kinds of people, which mean that there will be people, who do not have a firm hold of the nuances of the English language, who will read your articles. You need to configure your articles in a way such that even the average readers understand your written word.

The Keyword Quotient

A large part of writing articles is dictated by the integration of keywords into the content. Only articles having keywords are effective, when it comes to article marketing. This is because keywords make it easier for search engine spiders to recognize the efficacy of a particular article and thus rank them at the top of the pile. The efficacy of article marketing is dependent on the use of keywords and keyword phrases in the article. This has to be accomplished in a natural manner and it must not look like the keywords have been put in the article, just for the heck of it, without any thought whatsoever.

These tips would definitely help you write effective articles. There are many more, but keeping these in mind will also help you immeasurably.

26 July 2008

Writers were supported by. the rich

Inspiring, Smart Words, Habit Writers, Motivation Writers, Skill Writers, Rich Writers, etc.

Welcome to RICHWRITERS.COM
RICHWRITERS.COM. This domain is for sale! Click here for details. RICHWRITERS.COM. Not what you're looking for? Related Searches ...www.richwriters.com/press/Press%20Release-Lisa%20Delman-March%202007.pdf - 67k -

Task:
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - the rich. Writers were supported by. the rich. Many writers have been. influenced by the Romans including. Shakespeare (Julius Caesar, Antony and ...www.schoolhistory.co.uk/year7links/romans/whatdone.pdf -

English at the University of Toronto, Scarborough 2007-08 TEACHING ...
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Versi HTMLto contemporary Canadian poets to a whole host of rich writers in between. We will discuss such. topics as form, genre, politics, story, and voice. ...www.scar.utoronto.ca/~humdiv/English/English%20Brochure/Brochure2007-2008Revised2.pdf -

1 THE WONDERS OF US Making Sense of our Senses -- #3 HEARING Tom ...
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - The literature of deafness is extraordinarily rich. Writers and thinkers from. Herodotus to Guy de Maupassant have written about their own deafness or the ...www.uufrappahannock.org/sermons/ReworkedFromShirleyArchive/20040704_WonderOfUsHearing.pdf

Ákos Farkas Lectures on the History of English Fiction An outline
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Versi HTMLRich writers:. handicraftsman made 45 pounds a year, Jonathan Swift received 200 pounds on. Gulliver's Travels. Poorer, cheap writers: Grub Street. ...iki.elte.hu/tanszekek/angol/FA_FICHAND.pdf -

From: Reviews and Criticism of Vietnam War Theatrical and ...
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Credits: directors, Henry Levin, David Lowell Rich ; writers, Quentin Werty,. Charles Johnson. Cast: Fred Williamson, Byron Webster, Miko Mayama, ...www.lasalle.edu/library/vietnam/FilmIndex/Assets/T4270_THAT_MAN_BOLT.pdf -

EU topia:
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - remarks, is extraordinarily rich. Writers. are exploring new styles and delving into. subjects that were once suppressed or. banned by the Soviet government ...www.reec.uiuc.edu/publications/Center_News/news_spring03.pdf -

RAVIKIRAN ARAKKAL - poems -
Jenis Berkas: PDF/Adobe AcrobatAnd narrations for the rich writers. Who is at fault? the time, the father,. We the wise men who marks our body. In defference to the sensation? ...www.poemhunter.com/i/ebooks/pdf/ravikiran_arakkal_2007_10.pdf -

Benchmarks: English Language Arts
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat -
investigate the history of New England and its rich writers through the study of the. Salem Witch Trials, Walden Pond and Thoreau) ...www.melroseschools.com/curriculum2/benchmarks/English_Language_Arts_Benchmarks.pdf

H A P P Y H O L I D A Y S
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - fancy-pants rich writers need more money, just. give us our shows back. But to the members of. the Guild (and for those trying to be in the ...www.freevenice.org/Beachhead/Dec2007/Beachhead-color.pdf

A Guide to Writing Competency

"Professional communication" and the "odor of mendacity": the ...
skill; writers have it, but scientists do not. PLATO,. QUINTILIAN, AND. SUCH. Interestingly, Piato’s judgment of medical writers antici- ...ieeexplore.ieee.org/iel1/47/9137/00406731.pdf?arnumber=406731 -

A capacity theory of writing: Working memory in composition
processes employed by low-skill writers are qualitatively different from those ... ployed by low-skill writers also limit the scope and effectiveness of the ...www.springerlink.com/index/T73157WV271H1473.pdf -

‘Our desires are ungovernable’
specifically of the aerosol variety. This was justified on one of three bases:. skill, intent and aesthetics. In relation to skill, writers saw a parallel ...tcr.sagepub.com/cgi/reprint/10/3/275.pdf

amm002 189..210
active skill; writers must hold a pen or. pencil and paper, must make visible. marks on the paper, etc. REFERENCES. Atkinson, J. and J. Heritage. 1984. ...applij.oxfordjournals.org/cgi/reprint/28/2/189.pdf -

Media Kit for Magdalena Ball
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - other art/craft/skill, writers need to work at their craft. Inspiration hardly comes into it. If you aren't putting words on ...www.compulsivereader.com/html/images/mediakitMB.pdf -

Communication Journal of Business and Technical
uncovering of the gap also requires some skill. Writers must identify. themselves with the previous work while critiquing its comprehen- ...jbt.sagepub.com/cgi/reprint/15/3/372.pdf -

A Guide to Writing Competency Based Training Materials
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - It is a skill writers. need to develop and use. The materials that you write need to be appropriate to the range of people that will be. using them. ...www.volunteeringaustralia.org/files/R3Q9Y0OQY0/Revised%20Writers%20Guide%202.pdf

Ain't Misbehavin' Study Guide
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Fine artists, poets, writers and intellectuals were amazing the world with their skill. Writers like Langston. Hughes, Countee Cullen, James Weldon Johnson, ...www.ppt.org/documents/SG3003AintMisbehavin.pdf -

Writing Skills The skill of speech writing
Jenis Berkas: PDF/Adobe AcrobatWriting an effective speech is a skill. Writers use what are called rhetorical devices to make. their speeches sound good, to make people listen to them and ...www.morelearning.net/KS3/WritingSkills/Speech%20writing%201.pdf -

Technical Communication: What is it anyway?
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - of specialized skill. Writers were hired to transmit information from not only scientific and. electronic industries but also those of medicine, ...www.grad.english.ttu.edu/rschafer/2311/newsletter.p

Thinking and Writing in Honors

Walsh FICTION THAT SELLS
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Motivation Writers’ Journal. People in real life don’t react to a situation unless. they have a reason. To make characters come alive you ...www.nhn.ou.edu/~jeffery/writer_help/write_for_sale.pdf -

1 Thinking and Writing in Honors: Focus on the Essay Honors 100 ...
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - To develop writerly motivation. Writers notice and engage just about everything in. relationship to themselves. But their subjects are not chosen at random. ...www.usm.maine.edu/honors/2007-2008%20syllabi/100syl2007.pdf -

Thinking and Writing in Honors
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - To develop writerly motivation. Writers notice and engage just about everything in relationship. to themselves: from the noise in a public bathhouse ...www.usm.maine.edu/honors/100Briggs2005.pdf -

‘Our desires are ungovernable’
rarely do writers mention the thrill accompanying the breaking of the law. as their primary motivation. Writers may be on the edge—in the sense that ...tcr.sagepub.com/cgi/reprint/10/3/275.pdf -

Theoretical Criminology
as their primary motivation. Writers may be on the edge—in the sense that. Theoretical Criminology 10(3). 292. © 2006 SAGE Publications. ...tcr.sagepub.com/cgi/reprint/10/3/275.pdf?ck=nck -

Untitled
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - and skills); more motivation (writers encourage each other); multiple sources of feedback. during draft stages; opportunities for less experienced writers ...mars.gmu.edu/dspace/bitstream/1920/3021/1/Cassidy_Lauren.pdf -

WIKIPEDIA AS COLLECTIVE ACTION: PERSONAL INCENTIVES AND ENABLING ...
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - ... benefit from increased usage of their contributions, as it. provides a motivation (writers and editors work in anticipation of others finding their ...www.msu.edu/~john2429/Wikipedia%20as%20Collective%20Action.pdf -

Houston Chronicle's JSC News From Home
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobatwell as motivation. Writers are able to participate in a. common atmosphere with members who believe in the. written word. ...www.jsc.nasa.gov/news/columbia/107_onboard_archive/messages/nfhJan232003.pdf

The Smart Words Program

PURCHASE ORDER WORD STUDY
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Smart Words Starter Phrases Level B Supplementary Reading ... Smart Words (Level A) Bingo Cards (32 cards double sided and. laminated plus 12 teacher cards) ...www.smartstarters.com.au/Words%20Order%20Form.pdf -

The Smart Words Program
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - An extract from Smart Words Level A B, Manual for Teachers, ... process, the Smart Words program uses a sequential, developmental list of words from Level C ...www.smartshapes.com.au/pdf/smart%20words%20-%20complete%2008.pdf -

Smart words Autumn07
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - 2 • Smart Words For Smart Homeowners. Call me for minor and major tasks in and. around your home and office. ✓. We are insured. ...www.handyman-central.net/PDFs/SmartWords_Autumn07.pdf -

SMART Words
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - SMART Words. A list of some words you might use when writing. SMART objectives. NPC materials may be downloaded / copied freely by people employed by the ...www.npci.org.uk/medicines_management/skills/objectives/resources/pt_objectives_smartwords.pdf

VITA: JOHN K. GEVER 1349 Valley View Ave. Wheeling, WV 26003 (304 ...
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - VITA: JOHN K. GEVER. 1349 Valley View Ave. Wheeling, WV 26003. (304) 243-0826 ! (304) 780-9772. E-mail: jgever@nasw.org. Citizenship: U.S.A. ...www.smartwords.biz/resume/jgever-resume.pdf -

Smart Words of Wisdom from Bill Gates Love him or hate him, he ...
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Smart Words of Wisdom from Bill Gates. Love him or hate him, he sure hits the nail on the head with this one! To anyone with ...www.zskvitkova.cz/Lists/Oznameni/Attachments/14/Smart%20Words%20of%20Wisdom%20from%20Bill%20Gates.pdf -

Moving Smart Ltd, Gill Connell Smart Words Teachers Manual Smart ...
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Smart Words Level Book A-B. 420A. 51.50. Smart Words Level Book C-F ... Smart Words Level Book O-S. 424A. 60.95. Smart Words Level Book T-X ...www.movingsmart.co.nz/.../Assets/5/54/cd3a25a02f9c45d338a730ef98d37df2/Order%20Form%20Pg%201.pdf -

Tennis Brochure A4.indd
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - COVENEY PC RETFORD TENNIS CLUB, ATHERSTONE TENNIS CLUB, KIMPTON. TENNIS CLUB, HEATH & REACH PARISH COUNCIL, WIMBLINGTON PARISH. COUNCIL, CORBY RUGBY CLUB, ...www.smartwords.co.uk/cl/examples/amss2/Tennis%20Brochure%20low%20res.pdf -

XPRESS LIMINAIRES[7]QX
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Task 3 Ads and Marketing ................................................ 116. Final Task: Speak Out Against Advertising .......... 118. Smart Words Review ...erpi.com/elm/11902.6214584194409849476.pdf -

BMB Price List SS Jan 2008.pub
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Versi HTMLSMART WORDS WORD STUDY PROGRAMME (Bulluss and Coles) ... Smart Words Student Workbooks C… D… E… F… G… H... I …J… K… L… M… N… O… P… Q… R… S… T… U...V… W… X.. ...sitebuilder.yodelaustralia.com.au/sites/5068/caterpillar_order2.pdf

15 July 2008

Elements of Writing Novel

Elements of Writing Novel

“Theme, theme, and theme. That’s the very first thing pop up in my mind when I’m ready to create new story.”
— Nicholas Sparks, author of A Walk to Remember and The Notebook

“Having only imagination is not enough. You have to go through the core of the story and feel every single breath of it.”
— Stephen King

“If you're going to have a complicated story you must work to a map. Otherwise you can never make a map of it afterwards.”
— J.R.R. Tolkien, author of The Lord of The Rings and The Hobbit

“Every good book begins with good characters.”
— Jasmine Creswell

“Don’t blab your story out to everyone. Only show it to those who will give constructive criticism.”
— Sitta Karina, author of Lukisan Hujan

Ada 7 elemen utama yang penting banget dalam menulis sebuah cerita—terutama novel.

1. TemaWhat is my story about?What is the purpose of my story?

2 hal di atas adalah pertanyaan wajib yg harus kamu jawab sebelum mulai membuat cerita, barulah setelah itu akan terbentuk TEMA cerita.

Tema adalah struktur dasar (backbone) cerita yang mendasar dan amat penting. Dengan tema, desain keseluruhan ceritamu akan tepat, kata-kata akan mengalir, dan karaterisasi tokoh dapat terbentuk lebih baik.

“Theme, theme, and theme. That’s the very first thing pop up in my mind when I’m ready to create new story.”
— Nicholas Sparks, author of A Walk to Remember and The Notebook

2. PlotPlot adalah sesuatu yang terjadi atau dilakukan oleh si tokoh/karakter. Buatlah plot dalam point-point penting, lalu pecah lagi dalam sub-plot (apabila perlu). Jangan lupa sertakan KONFLIK.

Konflik terjadi karena aksi-reaksi dari para karakter tsb. Dalam konflik ini, karakter akan ‘fight for a goal’, ‘learn in the process’, serta ‘grow’.Itulah hidup—dan begitu juga dengan cerita yg kalian buat… ?

“Having only imagination is not enough. You have to go through the core of the story and feel every single breath of it.” — Stephen King

3. SettingMerupakan latar belakang tempat, waktu, serta keadaan dari cerita tsb. Setting memiliki peran dalam mempengaruhi mood/atmosphere cerita, serta membuat cerita kita lebih realistis.

“If you're going to have a complicated story you must work to a map. Otherwise you can never make a map of it afterwards.”
— J.R.R. Tolkien, author of The Lord of The Rings and The Hobbit

4. Point of View

Point of View/sudut pandang adalah posisi yang digunakan penulis dalam menceritakan ceritanya. PoV terdiri dari 3 macam:

1) Sudut pandang orang pertamaMenggunakan kata ‘aku,saya,-ku’. Pemilihan terhadap PoV ini dikarenakan penulis:a. membuat cerita lebih ‘personal’b. Menyelami pemikiran 1 karakter sajac. membuat seolah-olah penulis langsung berbicara dengan pembaca

2) Sudut pandang orang ketiga—terbatasMenggunakan kata ‘dia,mereka,-nya’. Pemilihan terhadap PoV ini dikarenakan penulis:a. menyediakan lebih banyak info tentang para karakter & kejadian-kejadianb. memperlihatkan kejadian melalui mata dari 1 karakterc. Encourage pembaca untuk mencari tahu tentang si karakter

Pada PoV ini, penulis tahu karakter seseorang seolah-olah atas apa yang dilakukan & dikatakan karakter lainnya, sehingga pembaca dapat menilai keseluruhan cerita dengan lebih obyektif.

3) Sudut pandang orang ketiga—tak terbatasMenggunakan kata ‘dia,mereka,-nya’. Pemilihan terhadap PoV ini dikarenakan penulis:

a. menciptakan full view tentang semua karakter & kejadian

b. memperlihatkan apa yang semua karakter rasakan dan pikirkan

c. menciptakan sudut yang luas terhadap keseluruhan cerita

Perbedaannya dgn no.2 adalah: si penulis di sini menjadi orang yang ‘tahu segalanya’.

Pembaca berkesempatan menilai cerita dari segala aspek, dan dapat lebih obyektif lagi daripada PoV orang ke-3 terbatas.

5. KarakterisasiDalam cerita ada yg namanya tokoh utama (main character) dan tokoh pengganggu (obstacle character).

• Tokoh utama : tokoh yang memiliki belief sesuai dengan filosofi/goal dari cerita. Ia juga tokoh yang mendapat simpati & paling dicintai pembaca. Biasanya tokoh utama adalah si protagonist (the good guy).

• Tokoh pengganggu : tokoh yang memiliki belief bertolak belakang dengan filosofi/goal cerita, sehingga terjadi konflik dengan si tokoh utama. Ia disebut juga si antagonis (the bad guy).

“Every good book begins with good characters.”
— Jasmine Creswell

Penulis dapat menciptakan karakter yang tak terlupakan melalui karakterisasi, yaitu beberapa cara lain untuk mengatakan/memperlihatkan kepada si pembaca mengenai karakter dalam cerita, a.l. :

1.Sifat karakter. Contoh: ketus, ramah, suka bercanda

2.Aksi dari karakter.

3.Latar belakang karakter. Contoh: masa kecil, pengalaman masa lalu

4.Reaksi dari satu karakter terhadap sifat karakter lain

5.Dialog para karakter

6.Perasaan, pemikiran, serta keinginan si karakter

7.Komentar dari karakter lain tentang orang tsb

8.Perasaan, pemikiran, dan aksi dari karakter lain

9.Komentar langsung dari penulis mengenai sifat asli & kepribadian karakter tsb

Here’s some tips to bring characters to life:

o Cari nama yang (menurut kamu) sreg dan unusual!

o Beri si karakter sebuah history atau latar belakang (ia nggak tiba-tiba muncul, kan?Keberadaannya di dalam cerita pasti memiliki suatu alasan)

o Beri dia sense of style tertentu (sesuai dengan setting & backbone ceritamu)

o Think about his/her taste. (what she like/dislike? Favorite things?)

“Don’t blab your story out to everyone. Only show it to those who will give constructive criticism.”
— Sitta Karina, author of Lukisan Hujan

6. DescriptionDeskripsi merupakan penciptaan dari mental images yang membuat pembaca ‘melihat’ dan mengalami suatu perasaan & kejadian seperti dirinya yang menjadi tokoh dalam cerita tsb.


Deskripsi yang ‘tepat’ menciptakan mood yang akan menggelitik emosi pembaca.

Coba bandingkan 2 bagian kalimat di bawah:

A

Hari ini langit cerah.Alika dan Dimaz memutuskan untuk menghabiskan waktu di taman karena mereka memiliki waktu luang, dimana pada minggu sebelumnya keduanya sibuk, hingga mereka hampir lupa akan tempat ini.

B

Di hari ini untung saja matahari membagi sinarnya yang tidak terlalu terik, serta semilir angin sejuk juga ikut menambah cerah suasana yang sempat dingin menyelimuti Alika dan Dimaz.Cerah dan damai. Bahkan lembutnya wangi bunga mawar pink itu ikut menggelitik hidung Dimaz.

Benar-benar kini waktu yang tepat untuk sekedar leha-leha di taman, setelah seminggu penuh keduanya disibukkan dengan segala rutinitas yang membuat kian sesak bernapas. Kesibukan yang membuat keduanyahampir tidak dapat menikmati keindahan tempat rahasia berdua ini lagi.

See the difference, right?Dalam memaparkan deskripsi, penting sekali bagi penulis untuk memberikan detail.Detail yang tepat, dimasukkan pada saat yang tepat, memberi kesempatan pembaca untuk menyelami pemikiran inner karakter; ke dalam rasa takut, penasaran, stres, senang, benci.. yang kadang tidak dapat dijelaskan hanya dengan kata-kata ‘ia senang’, ‘mereka nampak sedih’, dsb.

Deskripsi tidak dibuat begitu saja, mengalir saja. Deksripsi harus dipikirkan baik-baik, karena dari awal cerita berjalan sampai cerita itu selesai, deskripsi menciptakan impression, sudut pandang, inti sari cerita bagi si pembaca.

Seorang pembaca dapat menikmati cerita tsb—tergantung ketepatan dan relevansi deskripsi yang dipaparkan penulis.

“saya senang banget kalau ternyata "buah keisengan" saya waktu SMP bisa terbit dan dibaca teman-teman…”
— Dyan Nuranindya, penulis Dealova

7. Quotes & Dialogue

Dialog bukan sekedar percakapan, karena dialoglah yang membuat cerita terus berjalan.

Ada 4 tujuan utama dari suatu dialog:

• Memaparkan informasi tentang latar belakang karakter atau backstory

• Menambah tensi/ketegangan dari suatu kejadian/adegan

• Membuat cerita terus bergulir (flowing)

• Memperlihatkan motivasi, emosi, perkembangan, dan perspektif dari si karakter

Hindari pengulangan informasi dalam suatu dialog, maupun percakapan basa-basi yang tidak memberi info apapun. Contoh:

“Hai, Ga. Apa kabar?”

“Baik, Ko. Elo gimana?”

“Baik juga. Baru pulang lo? Tadi pergi ke mana?”

“Ke Blowfish. Elo dari mana?”

“Dari rumah temen. Ada acara apa di Blowfish?”

“Friendship Night SMA gue.”

“Oh. Ketemu Adis dong…”

Itu hanya sepenggal percakapan antara Aga dan Yuko. Bukan dialog. Sebaiknya dialog yang terjadi antara Aga dan Yuko diubah menjadi seperti ini:
“Hey, Ga,” Yuko menyapa cowok di seberangnya, setengah terkejut, sampai suaranya turun seoktaf lebih rendah,”apa kabar?”

“Baik, Ko,” respon Aga, sama kagetnya. “Elo sendiri… gimana?”

Mereka saling bertanya dari mana gerangan masing-masing selarut ini. Dan Yuko adalah orang yang pertama kali terdiam ketika mendengar tempat tujuan sang sobat barusan. “Friendship Night SMA gue.”

Adis, batin Yuko, terasa miris di hatinya.

“Ada Adis di sana?” tanya Yuko, menjaga agar suaranya tidak bergetar.

“Yeah, ada.”

Yuko ingin berteriak marah. Kalah.

Setelah lama mereka bertiga mencoba mendinginkan kepala masing-masing, ternyata pada akhirnya Adis memilih Aga. Bukan dirinya…Jangan lupa untuk selalu menggabungkan dialog, dengan deskripsi, serta detail yang tepat, OK? ?

“Saya hanya menulis apa yang saya rasa. Kebetulan saya perempuan, saya menulis tentang perempuan.”
— Djenar Maesa Ayu, penulis Mereka Bilang, Saya Monyet

QUOTE (ucapan) seseorang yg langsung harus selalu menggunakan tanda petik (‘ dan “).Berikut ini adalah pedoman penggunaan tanda petik tunggal (‘) dan ganda (“) yang baku pada direct quotation:o Shina berkata,”Tenang saja. Besok masih ada waktu.”o "Jangan bergerak," bisiknya dengan bengis, "atau kukubur benda ini selamanya."o Siapa yang bertanya “apakah besok libur?”o Reno menjelaskan,”Tadi Bianca berkata,’Bajunya dibuang saja.’ ”o Inez berseru dengan ceria,”Semalam aku dan Niki nonton ‘Alexander The Great’ di PIM.Sumpah, Collin Farrell ganteng berat!”

ARDA DINATA
http://ardawriters.blogspot.com

BLOGGING SUCCESS: INSPIRING SUCCESS WORDS WRITERS ARDA RICH SPRITUALITY HEALTH ARDA WRITERS INTELLEGENCE INSPIRING INTERNET WISDOM BUSINESS