Ads 468x60px

Pages

Subscribe:

feature content slider

Template Information



Assalamu'alaikum wr wb
Selamat datang di MIQRA INDONESIA GROUP. Sumber Inspirasi, Motivasi, Ilmu dan Amal untuk ke-SUKSES-an hidup Anda di dunia akhirat.
Ayo Gabung Dengan Komunitas Pembaca MIQRA INDONESIA GROUP
Dapatkan Hadiah Ebook:
”ILMU MENJADI KAYA”

Setelah Anda bergabung dengan Mailing List MIQRA INDONESIA GROUP.


| ILMU MENJADI KAYA |

Contact online

Your Ad Here

Test Footer

Free Blogger Templates


BLOG IS MY SALESMAN ARDA DINATA:
| ARDA EKLIPING INDONESIA | Cara Menjadi Kaya | Dunia Kesehatan Spritual | Dunia Pustaka dan Referensi | Dunia Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang | Dunia Kesehatan Lingkungan | ALIFIA E-Clipping and Reviewing | Reuse News Indonesia | ARDA Reseller News | Rahasia Penulis Sukses | Reseller News Indonesia |

MENU ARDA EKLIPING INDONESIA:
| BERANDA KLIPING | KLIP IPTEK | KLIP PSIKOLOGI | KLIP WANITA | KLIP KELUARGA | KLIP ANAK CERDAS | KLIP BELIA & REMAJA | KLIP GURU & PENDIDIKAN | KLIP HIKMAH & RENUNGAN |

MENU HIDUP SEHAT DAN KAYA:
| Dunia Spritual dan Kesehatan | Rahasia Menjadi Kaya | Dunia Reseller | Reuse News | Pustaka Bisnis |

MENU ARDA PENULIS SUKSES:
| Inspirasi Penulis | Rahasia Penulis | Media Penulis | Sosok Penulis | Pustaka Penulis |

MENU AKADEMI PEMBERANTASAN PENYAKIT BERSUMBER BINATANG:
| Dunia P2B2 | Dunia NYAMUK | Dunia LALAT | Dunia TIKUS | Dunia KECOA | Pustaka P2B2 |

MENU AKADEMI KESEHATAN LINGKUNGAN:
| Inspirasi ARDA | Dasar KESLING | P.Sampah | Tinja & Aair Limbah | Binatang Pengganggu | Rumah & Pemukiman Sehat | Pencemaran Lingkungan Fisik | HYPERKES | Hygiene Sanitasi Makanan | Sanitasi Tempat Umum | Air Bersih | Pustaka Kesehatan |

MENU MIQRA INDONESIA:
| Home Inspirasi | Opini | Optimis | Sehat-Healthy | Keluarga-Family Life | Spirit-Enthusiasm | Ibroh-Wisdom | Jurnalistik | Lingkungan-Environment | Business | BooK | PROFIL | Jurnal MIQRAINDO | Reseller News Indonesia |

DAFTAR KORAN-MAJALAH INDONESIA:
| Pikiran Rakyat | KOMPAS | Galamedia | Republika | Koran Sindo | Bisnis Indonesia | Sinar Harapan | Suara Pembaruan | Suara Karya | Suara Merdeka | Solo Pos | Jawa Pos | The Jakarta Post | Koran Tempo | Media Indonesia | Banjarmasin Post | Waspada | Suara Indonesia Baru | Batam Pos | Serambi Indonesia | Sriwijaya Post | Kedaulatan Rakyat | Pontianak POS | Harian Fajar | Harian Bernas | Bangka Post | Harian Surya | Metro Banjar | Pos Kupang | Serambi Indonesia | Kontan | Majalah Gamma | Majalah Gatra | Majalah Angkasa | Majalah Intisari | Majalah Info Komputer | Majalah Bobo | Majalah Ummi | Majalah Sabili | Majalah Parentsguide | Majalah Suara Muhammadiyah | Majalah Amanah | Majalah Tabligh | Majalah Insight |Majalah Annida | Majalah Network Business | Tabloid PC+ | Majalah Komputer Easy | Tabloid NOVA |Loka Litbang P2B2 Ciamis |


MIQRA INDONESIA GROUP
Kantor Pusat
: Jl. Raya Panganadaran Km.3 Pangandaran Ciamis 46396
Telp. (0265) 630058
Copyright © 2006-2010, Miqra Indonesia,
Email : miqra_indo@yahoo.co.id
Homepage : http://www.miqra.blogspot.com/
Design by Arda Dinata,
Wong Tempel Kulon - Kec. Lelea - Kab. Indramayu - Indonesia

08 September 2008

Sukses Menulis Artikel

Oleh ARDA DINATA
Email: arda.dinata@gmail.com

MENURUT
kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta, artikel diartikan sebagai karya tulis lengkap dalam majalah, surat kabar dan lain sebagainya. Sedangkan Lasa HS mengungkapkan tulisan artikel itu merupakan pengungkapan ide, menceritakan pengalaman dalam bidang tertentu yang tidak dikaitkan dengan tugas-tugas akademik.

Oleh karena itu, perlu pembaca MIQRA INDONESIA ketahui bahwa umumnya teknik penulisan artikel ini tidak diajarkan pada semua program dan jenjang pendidikan. Kiranya hanya terbatas pada penataran maupun pendidikan formal di bidang jurnalistik.

Pembaca MIQRA INDONESIA, penulis sering mendengar keluhan dari penulis pemula yang ingin menulis artikel ini. Misalnya berupa “Bagaimana sih…, memulainya?” atau pembaca MIQRA INDONESIA sudah berusaha menulis artikel dan beberapa kali mengirimkan artikelnya, tapi masih ditolak oleh surat kabar maupun majalah?

Kenyataan memperlihatkan bahwa sebagian dari mereka ada yang putus asa, mundur teratur dan tidak mau mencoba lagi. Padahal, kalau saja mereka memiliki rasa optimis bahwa dirinya mampu menulis sebuah artikel, maka mungkin saja karya artikel berikutnya yang menjadi awal kesuksesannya. Syaratnya, kita harus mau belajar dari mereka yang telah sukses lebih dulu dan kita hendaknya mengkaji ulang setiap artikel yang telah ditulisnya. Coba pembaca MIQRA INDONESIA perhatikan dan telaah pada setiap artikel tersebut. Apakah artikel itu telah memenuhi ciri-ciri sebagai artikel atau belum?

Untuk membangunnya berikut ini beberapa saran yang mesti pembaca MIQRA INDONESIA perhatikan dalam menulis sebuah artikel di surat kabar atau majalah. Sebuah artikel berbeda dengan tulisan lainnya. Yakni tulisan artikel bahasannya harus aktual, singkat, jelas, dan memiliki daya tarik tersendiri. Jika tulisan fiksi mendasarkan diri pada olah imajinasi, berita pada fakta, maka tulisan artikel ini berdasarkan pada opini penulis yang sifatnya subyektif. Cara penulisannya pun harus runtut berdasarkan logika sesuai arah permasalahan yang dibahasnya.

Dalam hal ini, pembaca MIQRA INDONESIA harus sadar betul kalau suatu surat kabar atau majalah itu bersifat bisnis, sehingga ia akan memuat atau menerbitkan sebuah artikel yang tidak hanya mengandalkan idealisme (baca: keilmuan) semata-mata, melainkan juga harus menarik dan disukai pembacanya.

Atas dasar itu, bagi pembaca MIQRA INDONESIA yang ingin menjadi penulis (artikel), maka harus mengetahui terlebih dahulu ciri-ciri sebuah artikel tersebut. Secara sederhana dan umum, ciri-ciri yang harus dimiliki oleh sebuah artikel adalah seperti berikut ini.

Lugas, berarti artikel yang ditulis langsung menuju pada pokok bahasan (persoalan) dan tidak bertele-tele.

Logis, berarti segala informasi yang ditulis dalam artikel memiliki dasar dan alasan yang diterima akal sehat dan dapat diuji kebenarannya.
Tuntas, berarti masalah yang dibahas ada titik penyelesaiannya secara mendalam dan tidak menggantung.

Obyektif, berarti keterangan yang diinformasikan dalam artikel sesuai dengan data dan fakta yang ada, bukan khayalan.

Cermat, berarti berusaha menghindari berbagai kekeliruan, walau sekecil apapun dan usahakan bahasa yang digunakan dapat dipahami pembaca.

Terbuka dan tidak egois, berarti siap menerima kemungkinan tanggapan pendapat baru dan tidak melibatkan emosi berlebihan (tidak merasa diri paling benar).

Harus memperhatikan bahasa baku dan menggunakan kaidah tanda baca yang diakui, yaitu ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (baca: EYD).

Selain itu, dalam menulis artikel ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipahami sebelum benar-benar pembaca MIQRA INDONESIA menulisnya. Yakni selain harus menggunakan bahasa jurnalistik, juga harus memperhatikan dan dipahami berkait dengan tema, kerangka tulisan (yang berisi: judul, lead, jembatan, tubuh tulisan, dan penutup), paragraf, kutipan, dan langkah menulis artikel itu sendiri.

Bahasa Jurnalistik

Bahasa itu berfungsi sebagai alat penyampai ide dan informasi kepada orang lain. Begitu juga halnya dengan bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh penerbitan pers kepada pembacanya. Hal ini mensyaratkan bahasa yang digunakan harus mengandung makna informatif, persuasif, dan secara konsensus merupakan kata-kata yang bisa dimengerti secara umum, harus singkat tapi jelas dan tidak bertele-tele. Dalam arti lain bahasa jurnalistik, dapat dikatakan sebagai bahasa tulisan yang paling mendekati bahasa lisan.

Dalam buku Jurnalistik Praktis susunan Titin Supartini (1993) mengungkapkan bahasa jurnalistik merupakan perpaduan bahasa yang baik, benar, dan menarik, yang mempunyai unsur intelektual, komunikatif dan estetika.

Bahasa yang baik adalah bahasa yang selaras dengan kontekstualnya. Yang dipentingkan adalah unsur komunikatifnya. Bahasa yang baik juga akan terekspresi dalam cara penyampaian yang sistematis, sehingga mudah dicerna.

Bahasa yang benar adalah bahasa yang berpatokan pada kaidah-kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa yang benar adalah bersifat logis, kalimatnya efektif, dan unsur yang digunakan memiliki fungsi dan makna.

Bahasa yang menarik adalah bahasa yang mampu memberikan suasana dinamis, segar, dan aktual, sehingga pembaca merasa betah membacanya.

Mempelajari bahasa jurnalistik, rasanya kurang lengkap bila pembaca MIQRA INDONESIA tidak mengetahui karakteristik bahasa jurnalistik versi FX. Koesworo, dkk.(Dibalik Tugas Kulit Tinta; 1994), yaitu:

1. Sederhana, singkat-padat, jelas, langsung (to the point).

2. Hidup, lincah, sesuai dengan zamannya, mengandung kekayaan bahasa rakyat.

3. Kalimat singkat dan kata-kata positif, mengandung banyak fakta dengan menggunakan kata sesedikit mungkin (more and less words).

4. Bahasanya memasyarakat, dengan mengutamakan isi. Memperhatikan tata bahasa, tetapi tidak terlalu mengutamakannya.

5. Memiliki banyak gaya (style) bahasa. Yang dimaksud style adalah pemilihan dan penggunaan kata-kata sedemikian rupa, sehingga menghasilkan pengertian tertentu bagi pembacanya.

Akhirnya, tidak ada kata lain yang pantas diajukan untuk pembaca MIQRA INDONESIA, selain selamat menulis dan semoga sukses berdakwah lewat tulisan artikel! Amin. Wallahu‘alam.***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:

Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.comDunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Langkah Menulis Artikel di Media Massa

Oleh: Arda Dinata*)
http://ardawriters.blogspot.com/
http://duniawriters.blogspot.com/

“Ide-ide, gagasan-gagasan cemerlang, tema-tema yang mengharukan, gaya yang sederhana, kepribadian yang membentuk lahirnya sebuah karya adalah sebuah karangan yang senantiasa menarik.”
(Wilson Nadeak).


Langkah jitu menulis artikel adalah dengan langsung menuliskannya dalam bentuk kalimat demi kalimat. Bagaimana untuk memulai menulis kalimat itu?

Memulai sebuah kalimat, syaratnya sudah tentu harus terpikir dahulu, tema apa yang akan kita tulis dalam artikel tersebut. Bila masalah yang akan ditulis menjadi artikel itu sudah ada dalam pikiran (kepala) kita, tentu akan lebih mudah memulainya dalam menyusun sebuah kalimat.
Dalam membuat kalimat, hendaknya kalimat pertama harus ada hubungannya dengan kalimat kedua. Begitu pun dengan kalimat-kalimat selanjutnya. Langkah-langkah demikian, tentu berlaku juga dalam menyusun alinea pertama harus sejalan dengan alinea kedua dan alinea berikutnya.

Dalam menulis sebuah kalimat, harus sesuai dengan tujuan kalimat. Artinya kalimat itu tidak perlu panjang-panjang, agar mudah dimengerti oleh pembaca. Namun demikian, kalimat panjang bukan berarti tidak boleh, asalkan mudah dimengerti dan tidak bertele-tele.

Terkait langkah memulai menulis artikel di media massa ini, intinya kita harus segera mempraktekkannya. Dalam menjalankan praktek, menurut Roesli Lahani Yunus (2002), seorang (calon) penulis harus punya bermacam-macam kemampuan. Dia harus mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama dalam penulisannya. Dia harus rajin dan tekun membaca. Kemudian harus rajin menulis atau melatih diri untuk berbagai tulisan (artikel).
Mempraktekkan semuanya itu, tentu bukan hanya untuk sekali atau sehari saja, tetapi setiap hari. Di sinilah gunanya latihan. Latihan berarti mempermahir seorang calon penulis artikel untuk menyusun kata-kata menjadi kalimat yang indah dan enak dibaca oleh siapa saja, hingga pembaca mengerti dari isi artikel yang kita tulis.

Sejalan dengan itu, Asep Syamsul M. Romli (1999), menyebutkan rajin membaca adalah kunci sukses seorang penulis. Dengan membaca, ia tidak saja memiliki banyak pengetahuan dan referensi tentang berbagai masalah, tapi juga dapat mempelajari bagaimana orang lain mengemukakan pandangannya lewat bahasa tulisan (artikel) di media massa.

Lebih jauh, Romel (sapaan akrab Asep Syamsul M. Romli) menyebutkan paling tidak ada empat modal dasar yang mutlak dimiliki seseorang untuk dapat menulis artikel. Pertama, kemauan. Kemauan merupakan modal utama bagi seseorang untuk menggerakan dirinya mencapai sesuatu. Bahkan bukan sekadar kemauan, melainkan harus berupa ambisi.

Kemauan atau ambisi untuk dapat menulis akan menimbulkan semangat, keuletan, dan mendorong seseorang melakukan apa saja yang memungkinkannya mencapai kemampuan menulis.

Kedua, motivasi menulis. Motivasi erat kaitannya dengan kemauan. Bahkan, motivasi inilah yang dapat memunculkan kemauan untuk (dapat) menulis. Karena, motivasi adalah niat. Maka niat yang terbaik dalam menulis, tentu dengan tujuan: berbagai wawasan, pengalaman, atau pengetahuan dengan pembaca; menyampaikan kebenaran; menyumbangkan pemikiran bagi orang lain atas pemecahan suatu masalah; dan sebagainya.

Ketiga, kemampuan. Setelah ada kemauan dan motivasi, tentunya harus ada kemampuan. Kemauan menulis tanpa kemampuan untuk melakukannya tidak akan menghasilkan. Begitu pula sebaliknya, jika kemampuan tidak disertai kemauan tidak ada karya.

Kemampuan menulis ini menyangkut persoalan bakat. Dan, bakat tidak akan berkembang atau dapat dioptimalkan tanpa latihan. Dengan demikian, bakat dan latihan merupakan dua hal utama untuk mencapai kemampuan prima. Kendatipun begitu, jika tidak ada bakat, latihan yang keras dan terus menerus akan mendatangkan kemampuan. Adapun kemampuan yang diperlukan untuk menulis artikel, antara lain: kemampuan mengamati fenomena; kemampuan berbahasa tulis; dan kemampuan berbahasa jurnalistik.

Akhirnya, agar langkah menulis artikel ini terencana dengan baik, maka rajin-rajinlah melakukan pola menggali ide setiap saat, mengumpulkan bahan atau referensi (dari buku, koran, majalah, kamus, kliping media massa, dan lainnya), baru selanjutnya segera kita mengikatnya dengan memulai menulis artikel.

Dalam hal ini, ada saran yang baik dari Hadiyanto (2001), dalam “Membudayakan Kebiasaan Menulis (Sebuah Pengantar),” disebutkan belajar menulis atau membudayakan kebiasaan menulis harus dimulai dengan gaya bertutur atau bercerita. Misalnya, dengan menceritakan (menuliskan-pen) pengalaman hidup sehari-hari, pengalaman ketika melakukan perjalanan, atau menuliskan sesuatu berdasarkan hasil pengamatan terhadap alam sekitar kita, termasuk masyarakatnya. Bisa juga menceritakan pengalaman orang lain. Pokoknya, segala sesuatu yang bisa kita ceritakan kepada orang lain, baik formal maupun tidak formal, sangat baik sebagai bahan ketika mulai belajar menulis.

Adapun langkah-langkah menulis, yang dapat kita lakukan adalah antara lain: biasakan berpikir logis dan sistematis, menentukan tema yang kita kuasai, membatasi pembahasan tulisan artikel dengan membuat kerangka tulisan, menentukan lead pendahuluan yang tepat, membangun tubuh tulisan melalui pembuatan paragraf yang mengalir, dan mengakhiri tulisan artikel dengan “memuaskan” pembaca. Selamat belajar menulis, Anda pasti bisa menulis artikel di media massa!***

*) Penulis adalah kolomnis dan pengasuh majelis jurnalistik di MIQRA Indonesia, www.miqrajurnalistik.blogspot.com.

Berprestasi Melalui Tulisan

Oleh ARDA DINATA
Email: arda.dinata@gmail.com

DUNIA tulis menulis tidak hanya milik kaum wartawan. Siapa pun, kalau mau berlatih, bisa juga jadi penulis. Masalahnya, kadang-kadang kita tidak menyadari potensi yang dimiliki. Melalui tulisan ini, penulis mencoba berbagi pengalaman dalam bidang tulis menulis kepada pembaca MIQRA INDONESIA GROUP.

Tujuan utama dalam tulis menulis, adalah dimengertinya setiap kalimat yang kita susun bagi para pembaca. Kalimatnya tepat, jelas, dan tidak membingungkan pembaca. Selain itu, tulis menulis bermaksud untuk mengungkapkan fakta, data, perasaan, sikap, isi hati dan pikiran secara efekif kepada pembaca.

Bagi calon penulis, setidaknya ada tiga tahap yang harus dilalui. Yakni teknik penulisan, muatan atau isi, dan kontinuitas menulis. Barangkali pembaca MIQRA INDONESIA telah menguasai teknik penulisan dan isinya, tetapi malas untuk menulis secara kontinyu. Tentu hasilnya akan tersendat-sendat dikala menuangkan ide ke dalam tulisan. Atau pembaca MIQRA INDONESIA telah memiliki simpanan data, fakta dan ilmu pengetahuan sebagai calon isi tulisan. Tetapi, belum mengetahui teknik penulisan dan tidak secara kontinyu menulis, maka dapat dipastikan lebih sering menghadapi kegagalan. Sebaliknya, teknik dan kontinyuitas telah pembaca MIQRA INDONESIA miliki, tetapi tidak pernah berusaha menambah wawasan dan isi tulisan tersebut. Sehingga tulisan terasa kering, tidak berkembang dan membosankan.

Berdasarkan pengalaman, tidak terlalu banyak syarat sebenarnya untuk memulai menulis. Awalanya, kita harus selalu mencoba menulis, menulis, dan menulis apa saja yang ada dalam pikiran serta banyak membaca. Kemudian hasil dari tulisan itu, kita kirim ke surat kabar tertentu. Tapi, tentunya sebelum tulisan tersebut kita kirimkan, terlebih dahulu kita perlu membaca ulang dan merevisinya beberapa kali. Barangkali, ada kata-kata yang kurang tepat atau rancu. Di sini yang perlu diperhatikan juga adalah masalah ‘selera’ redaksi surat kabar tersebut.

Bagi seorang penulis, buku, membaca dan menulis adalah sebagian dari hidupnya. Penulis tanpa buku, akan menghasilkan tulisan yang hambar dan tidak berbobot. Sehingga ada seorang penulis yang mengatakan bahwa “Berbobot atau tidaknya sebuah tulisan, adalah karena ditunjang oleh banyaknya buku yang pernah dibaca penulisnya.”

Dari aktivitas menulis tersebut, selain kita telah berdakwah lewat tulisan. Kita juga akan mendapatkan imbalan materi. Besarnya honorarium tergantung kebijaksanan redaksi surat kabar yang bersangkutan, berkisar antara Rp. 10.000 sampai 200.000 rupiah per tulisan (puisi, cerpen, artikel, resensi buku, dll), bahkan lebih. Cukup lumayan bukan?

Bayangkan kalau pembaca MIQRA INDONESIA mampu menulis secara produktif. Misalnya, tiap hari mampu menulis satu tulisan, maka dalam satu minggu terkumpul tujuh buah tulisan. Lalu tulisan itu, kita kirimkan ke tujuh surat kabar dan ternyata dimuat, maka berapa pendapatan yang pembaca MIQRA INDONESIA terima? Sungguh luar biasa … bukan! Ini idealnya dan kenyataannya tergantung dari aktivitas dan kreatifitas diri kita sendiri.

Menurut The Liang Gie (1983), ada enam jenis nilai yang akan dilahirkan dalam tulis menulis, yaitu:

1. Nilai kecerdasan (Intellectual value).

Dengan sering menulis yang antara lain berupa menghubungkan buah pikiran yang satu dengan yang lain, merencanakan rangka uraian yang sistematis dan logis serta menimbang-nimbang sesuatu perkataan yang tepat. Maka seseorang akan senantiasa bertambah daya pikirnya, kemampuan hayalnya sampai tingkat kecerdasannya.

2. Nilai pendidikan (Educational value).

Seseorang pemula yang terus menulis, walaupun naskahnya belum berhasil diterbitkan atau berkali-kali ditolak. Sesungguhnya itu melatih diri menjadi tabah, ulet, dan tekun, sehingga akhirnya pada suatu hari mencapai keberhasilan. Setelah menjadi penulis yang berhasil, bilamana ia terus menghasilkan karya tulis, ini berarti ia dapat memelihara ketekunan kerja dan senantiasa berusaha memajukan diri. Itu semua merupakan nilai pendidikan yang sukar diperoleh dari sekolah manapun.

3. Nilai kejiwaan (Psychological value).

Bilamana karena keuletan terus menerus menulis dan akhirnya tulisannya dapat dimuat dalam surat kabar terkenal atau diterbitkan sebagai buku oleh penerbit terkenal. Sehingga, lahirlah pada diri penulisnya kepuasan batin, kegembiraan kalbu, kebanggaan pribadi, dan kepercayaan diri.

4. Nilai kemasyarakatan (Social value).

Seseorang penulis yang telah berhasil dengan karya-karya tulisannya, biasanya akan memperoleh penghargaan di masyarakat. Paling tidak, namanya dikenal oleh para penerbit, pengusaha toko buku dan sidang pembaca tertentu.

5. Nilai keuangan (Financial value).

Tentu saja, jerih payah dari seorang penulis yang berhasil akan menerima imbalan uang dari pihak yang menerbitkan karyanya, seperti yang penulis gambarkan di awal tulisan ini.

6. Nilai filsafat (Philosophical value).

Salah satu gagasan besar yang digumuli para ahli pikir sejak dulu ialah keabadian. Jasad orang-orang arif tidak pernah abadi, tetapi buah-buah pikiran mereka kekal diabadikan melalui karangn yang ditulis. Sampai hari ini, manusia modern mengetahui kearifan Plato melalui naskah percakapannya; kita mengetahui luasnya pemikiran Imam Al-Ghazali melalui karya-karya tulisnya; dll. Dunia Timur menyadari nilai ini dengan pepatahnya, “Segala sesuatu musnah, kecuali perkataan yang tertulis.” Bagaimana menurut Anda???***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:

Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.comDunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Karena itu Aku Menulis

Salzburg, Maret 2003, Amelia Hapsari

Ini Salzburg, sebuah kota di lereng gunung Alpen yang mulai menghangat di awal musim semi. Hutan masih kerontang karena musim dingin mengendapkan kehidupan pada coklat pucat dan kelabu yang muram. Tapi rumput-rumput kecil yang lembut dan keras hati sudah mulai tumbuh, menemani bunga-bunga liar putih kecil bertotol kuning di tengahnya, atau si lila mungil yang mulai bercokol di sela-sela semak yang belum tumbuh daunnya.

Salzburg masih belum tersentuh warna musim panas yang hijau-biru segar seperti dirinya dalam film “Sound of Music.” Tapi aku di sini, mulai detik ini, akan memulai suatu titik baru dalam hidupku. Aku akan menulis lagi.

Sejak aku mulai bisa mengeja kata dan melambangkan bahasa dengan coretan-coretan berbentuk alfabet yang bisa dibaca, aku sudah mulai menulis. Aku mengarang cerita tentang seorang anak yang dipungut oleh orang tuanya dan kemudian menemukan jati dirinya yang sesungguhnya. Cerita itu kutulis di atas kertas kalender harian yang disobek karena sudah lewat tanggalnya. Kertas-kertas itu kusembunyikan supaya kedua orang tuaku tidak mengetahui isinya.

Tentu saja itu hal yang mustahil, karena rumah kami ketika itu tidak mengenal privasi. Mama, Papa, aku, dan ketiga adikku tinggal tidur di sebuah kamar yang sama, baju-baju kami disimpan di lemari yang sama, dan alat-alat sekolah kami juga berbagi rak yang sama dengan buku-buku lain. Aku hanya merasa malu, bahwa aku sempat membayangkan cerita anak pungut itu. Ini semua gara-gara film drama cengeng Indonesia tahun 80-an yang kutonton di TVRI. Cerita itu tidak pernah selesai, dan kertasnya mungkin sudah kuenyahkan.

Setelah itu aku masih selalu berusaha menulis dengan baik. Aku membuat buku kumpulan puisi bersama temanku Ninis pada kelas tiga SD. Kumpulan puisi itu sempat terbit sampai tiga edisi. Terbitannya cuma satu kopi, dari sobekan halaman tengah buku tulis yang kemudian dibendel dengan staples. Aku dan ninis memberi nilai satu sampai sepuluh karya-karya kami. Tentu saja karyaku sendiri kuberi nilai tinggi-tinggi. Curang sekali, ya? Tapi toh hanya Ninis yang protes, karena tidak pernah ada orang yang kami perbolehkan membacanya.

Setelah aku di kelas lebih tinggi, lebih banyak membaca puisi, karya-karya itu kupandang norak dan tidak bermutu, maka gampang terbuang begitu saja. Ingatanku tentang usahaku menulis setelah itu adalah ketika aku kelas lima SD, dan ingin menulis tentang seorang gadis kecil yang pandai tapi sombong. Belum jadi satu halaman, orang-orang di rumahku sudah mulai berseliweran sambil berusaha mengintip, apa yang sedang aku tulis. Jangan salah sangka, aku yakin mereka bangga bahwa aku gemar menulis. Tapi keingintahuan mereka membuatku malas menulis lagi.

Aku merasa bahwa suka menulis itu tidak normal, bahkan menulis itu bukan suatu cita-cita yang harus terus ditekuni. Mengapa? Ada tiga alasan yang pernah aku bayangkan.

Yang pertama, menulis itu menghasilkan terlalu sedikit uang. Dilahirkan di keluarga wiraswastawan, aku selalu dididik untuk menghargai uang. Kami selalu hidup hemat, dan berusaha mengumpulkan uang.

Kalau waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk menghasilkan sebuah tulisan yang baik digunakan untuk bekerja dalam bidang teknik, perdagangan, atau bidang lain yang lebih menguntungkan secara ekonomi, maka pekerjaan menulis boleh dikategorikan sebagai penggunaan waktu yang tidak terlalu produktif. Semua tulisan yang baik melalui proses riset dan pemikiran yang mendalam, digarap dengan teknik yang memakan waktu untuk berlatih dan berani salah, serta melibatkan proses pencarian gaya tulisan yang bertahun-tahun. Untuk sebuah ketrampilan yang ditempa sedemikian lama, penulis rata-rata mendapat penghasilan yang tidak seimbang. Apalagi kalau ia hanya menulis untuk dirinya sendiri. Apalagi kalau ia harus menghidupi keluarganya.

Yang kedua, penulis itu terlihat memenuhi syarat untuk digolongkan jadi pemalas. Aku bisa membayangkan mempunyai suami seorang penulis yang bangun seenaknya, dengan pakaian seenaknya juga mulai menulis, makan dan tidur seenaknya, dan pergi seenaknya. Pasti dibutuhkan hati seluas samudra untuk menjadi istri seorang penulis. Sedangkan menjadi suami seorang penulis, aku belum bisa membayangkannya, karena tuntutan sebagai istri dan ibu di Indonesia hampir tidak bisa ditawar lagi. Keadaan ini, ditambah dengan harga tulisan yang tidak menentu, tidak adil bagi pasangan para penulis, apalagi anak-anak mereka.

Yang ketiga, penulis itu seringkali mau enaknya saja. Kritik sana kritik sini, tapi jarang benar-benar ikut serta untuk memperbaiki masalah, alias omdo (omong doang). Karena pengetahuan mereka di ranah teori dan banyaknya bacaan mereka yang memperluas wawasan, para penulis mudah menuding, apalagi menulis analisa yang membuat luka-luka pada pihak yang merasa tertuding. Karena itu penulis biasanya lekas dianggap idealis dan tidak realistis, sehingga cap omdo pada penulis ini mudah dilekatkan masyarakat sekitarnya.

Paling tidak, inilah gambaran orang tuaku tentang penulis. Gambaran yang sangat manusiawi dan wajar dimiliki siapapun. Karena ini, dan lebih karena tema-tema pelajaran mengarang dari SD sampai SMA tidak pernah jauh dari tema kebersihan lingkungan dan tema-tema apolitis yang membosankan lainnya, maka bertahun-tahun sejak lulus SD aku tidak menulis lagi. Kalau aku menulis, aku menulis di malam larut yang sepi, ketika aku sendiri, kemudian menyimpannya rapat-rapat dari dunia luar asing yang tidak memahamiku.

Tapi mulai hari ini aku akan mulai menulis lagi.

Aku menulis, karena seringkali aku tidak cukup luas untuk menampung muatan gundah atau marah yang menyerbuku. Sering kali juga rasa syukur itu meluap banjir dan butuh mengalir. Dan kalau aku sedih, aku butuh suatu ruang kosong untuk menuang air mataku dan meletakkan bebanku. Aku menulis karena ada yang minta dilahirkan melalui pena dan buku tulisku.

Aku menulis, karena identitasku sebagai minoritas di manapun aku berada. Kalau Anda belum pernah menjadi minoritas, beginilah rasanya. Sebagai seorang wanita, aku diharapkan untuk mencapai “kodratku,” sebagai ibu dan istri yang baik. Karena itu setiap kali aku berhadapan dengan laki-laki dalam konteks kerja, aku selalu ditatap dengan sorot mata yang berkata, “Nggak usah lah berkompetisi dengan kami, para laki-laki. Dua atau tiga tahun lagi kamu akan punya anak dan nggak akan punya waktu lagi buat bersaing dengan kami.”

Sebagai seorang beretnis Cina di Indonesia, aku masih selalu merasa dicurigai, bahwa aku akan mewakili ide-ide prototip Cina yang menghalalkan segala cara hanya demi uang, atau hanya berorientasi pada perolehan laba sebesar-besarnya. Kalau aku ke Amerika, ke Eropa, atau ke negara lain yang katanya menjunjung sikap anti diskriminasi, segera aksen Jawa pada bahasa Inggris atau Jermanku membuat orang berpikir panjang untuk menilai bahwa aku sama kompetennya dengan mereka.

Aku juga hanya sedikit minum alkohol dan tidak merokok, yang segera membuatku dianggap kurang gaul atau terlalu konservatif di negara-negara Barat. Bahkan kalaupun aku ke Cina, tempat di mana aku secara fisik tidak akan kelihatan jauh berbeda dengan penduduk mayoritasnya, mereka akan bilang bahwa aku orang Indonesia, dari budaya yang tidak sama dengan mereka.

Dengan menulis, aku menyampaikan diriku yang aku yakini, tanpa harus masuk ke dalam benteng-benteng sempit itu. Aku bisa bebas bersuara, tanpa perlu menampakkan wajahku, yang kadang membuat benteng-benteng tadi, atau tanpa memperlihatkan logat Jawaku, yang sering dianggap kampungan. Ketika orang membaca tulisanku, mereka akan membacanya pada sebuah sudut tenang sehingga aku dalam tulisanku bisa berbicara secara personal kepada mereka, tanpa dihalangi benteng-benteng aneh tadi. Dengan menulis, identitasku yang majemuk itu tidak lagi menjadi sandungan-sandungan, tetapi justru memperkaya nuansanya.

Dengan menulis, aku mendapat kesempatan untuk menyusun semua yang ingin kusampaikan beserta segala bentuk emosinya secara teratur, sehingga aku memperkenalkan perspektifku dengan lebih efektif dan berani. Dalam komunikasi langsung, kadang naluri Jawaku untuk menghindari konflik masih mendominasi keinginanku untuk terus terang dan terbuka dalam berbedaan pendapat.

Tulisan adalah senjataku, karena pada saat-saat tertentu aku merasa sebagai manusia yang sangat tidak berdaya. Ketika perang dinyatakan, ketika hak hidup manusia diinjak-injak, ketika yang berkuasa merampas, ketika alam tidak diindahkan, ketika melihat kebencian yang dilegitimasi oleh agama atau etnisitas, aku merasa lemah. Aku merasa kesepian dan sendirian dalam keinginan untuk menghentikan semua itu. Karena itu aku duduk sendiri dan menulis. Aku menulis sisa-sisa harapan di padang kegelisahanku.

Aku meyakini tulisanku sebagai sebutir biji atau spora lumut yang paling bandel yang akan tinggal di pikiran siapapun yang membacanya. Dengan paduan keadaan dan suatu kesempatan yang tepat, aku yakin bahwa suatu hari spora lumutku akan tumbuh di suatu tempat, menjadi perintis sebuah taman baru yang berbuah banyak.

Karena itulah rezim otoriter yang keji membenci para penulis. Mereka menghukum bahkan membunuh banyak penulis hebat hanya karena tulisannya. Karena tulisan adalah bom waktu yang bisa meledak ketika sejarah menghendakinya. Dan karena itulah aku menulis.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://ardapenulis.blogspot.com

Rahasia Memulai Menulis

Oleh ARDA DINATA
http://ardaiq.blogspot.com

"Mulailah dari apa yang ada, karena yang ada lebih dari cukup untuk memulai pekerjaan."
(Mohammad Natsir)


Menulis adalah sebuah pekerjaan. Artinya kita harusnya serius ketika melakukan aktivitas pekerjaan agar hasilnya tidak mengecewakan. Begitupun, dengan kegiatan menulis. Kita harusnya terus berlatih tiada henti dalam mengasah ketrampilan menulis, sehingga hasilnya tidak mengecewakan.

Banyak temen-temen di tanah air yang SMS dan kirim email ke saya menanyakan, “Bagaimana Pak rahasia untuk memulai menulis itu?”

Aku kadang sekenanya saja menjawab, karena lewat SMS itu terbatas jawabannya. Untuk itu tulisan ini mungkin bisa melengkapi jawaban saya yang pernah temen-temen terima sebelumnya.

Ingat, sesuatu pekerjaan itu akan terasa mudah dan mengalir, bila yang kita lakukan itu betul-betul telah akrab dengan dunia kita sehari-hari. Resep ini pun bisa kita terapkan bagi temen-temen yang ingin belajar menulis.

Untuk itu, mulailah bikin tulisan dari apa yang ada. Artinya, mulailah kita menulis dengan tema-tema yang kita sukai, kuasai, minati, ada dalam keseharian, dan pokoknya yang materinya betul-betul telah akrab dalam keseharian kita (baca: materinya betul-betul kita miliki, dan bahkan telah menguasainya… he….).

Dengan bermodalkan hal-hal yang telah kita kuasai, maka saya yakin belajar menulis itu akan menjadi lancar, lancar dan lancar….! Coba saja kalau tidak percaya!!!! Hal ini diakui pula oleh Mohammad Natsir dengan ungkapannya: “Mulailah dari apa yang ada, karena yang ada lebih dari cukup untuk memulai pekerjaan.”

Jadi, rahasia memulai bikin tulisan itu adalah dengan belajar menulis tentang sesuatu yang telah ada dalam diri kita. Itu adalah modal terbesar yang bisa kita manfaatkan dalam berlatih menulis. Bagaimana menurut Anda…. ???***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.comDunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Menulis: Menemukan Siapa Kita?

Oleh ARDA DINATA
http://ardadinata.tk

”Saat kamu meletakkan pena di kertas dan menuangkan pikiranmu, kamu mulai menemukan apa yang kamu ketahui tentang dirimu sendiri, juga tentang dunia.”
(Caryn Mirriam-Goldberg
)


KALAU mau jujur, dalam hidup ini yang paling sulit itu sesungguhnya bila disuruh untuk menilai diri sendiri. Makanya, para psikolog biasanya untuk mengetahui dan memperbaiki perilaku seseorang, salah satunya adalah menyarankan dengan cara meminta pendapat atau penilaian dari orang lain yang terdekat dengan kita.

Hasilnya, sudah dapat dipastikan nilai kejujuran tentang pribadi kita akan muncul. Baik mengenai kebiasaan, kelebihan, kekurangan, hal-hal yang paling disenangi, dan hal lainnya. Pokoknya, hasil penilaian mereka itu sangat membantu kita dalam melakukan instropeksi dan perbaikan diri.

Lantas, pertanyaannya adalah bisakah kita menemukan sendiri tentang siapa diri kita ini sesungguhnya? Jawabnya, bisa! Yakni dengan menulis. Ya, dengan kegiatan menulis secara jujur mengenai segala hal yang kita lakukan setiap hari. Kita dapat menulis dan menelaah tentang apa yang disukai atau dibenci sekalipun, apa yang menyakitkan, apa yang kita butuhkan, apa yang dapat kita berikan, serta apa yang diinginkan sesungguhnya dalam hidup ini.

Dari dokumentasi tertulis seperti itulah, nantinya kita dapat merekap ulang dan menyimpulkan tentang segala sesuatu menyangkut diri kita. Temanya dapat kita golongkan menjadi: kebiasaan, keburukan, kebaikan, kebencian, kesenangan, hobi, dan persepsi tentang kehidupan itu sendiri atau lainnya.

Di sini, syaratnya hanya satu. Kita dituntut untuk selalu jujur ketika menuangkan pikiran, ide, dan inspirasi kita itu dalam bentuk tulisan. Tanpa kejujuran, maka yang didapat nantinya bukan pribadi diri kita yang sesungguhnya. Pokoknya, kebiasaan menulis ini dapat membantu memahami diri dan keberadaan kita di dunia dengan lebih baik. Terkait dengan itu, Robert Duncan, pernah mengungkapkan bahwa menulis adalah salah satu cara memangkas bagian permukaan sesuatu untuk menjelajahi atau memahami banyak hal.

Atas dasar itu, pantas saja Caryn Mirriam-Goldberg menyimpulkan ada 12 alasan, mengapa kita perlu menulis, yaitu:

· Menulis membantu menemukan siapa dirimu.

· Menulis dapat membantu percaya diri dan meningkatkan kebanggaan.

· Saat menulis, kamu mendengar pendapat unikmu sendiri.

· Menulis menunjukkan apa yang dapat kamu berikan pada dunia.

· Dengan menulis, kamu mencari jawaban terhadap pertanyaan dan menemukan pertanyaan baru untuk ditanyakan.
· Menulis meningkatkan kreativitas.

· Dengan menulis, kamu dapat berbagi dengan orang lain.

· Menulis memberimu tempat untuk melampiaskan amarah/ ketakutan, kesedihan, dan perasaan menyakitkan lainnya.

· Kamu dapat membantu menyembuhkan diri dengan menulis.

· Menulis memberimu kesenangan dan cara mengungkapkannya.

· Menulis membuatmu lebih hidup.

· Kamu dapat menemukan impianmu melalui menulis.

Sungguh luar biasa dan menyenangkan ke-12 manfaat dari aktivitas menulis itu, saya pun telah merasakan dari manfaat-manfaat tersebut. Dampaknya, tentu hidup kita akan semakin lebih hidup.

Jadi, dalam hidup ini tidak ada alasan untuk tidak menulis. Untuk itu, menulislah mulai sekarang untuk menemukan dirimu sendiri. Menulis yu...., yukk!!!***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.com
Dunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Menulis Dengan Ilham

Oleh ARDA DINATA
Email: arda.dinata@gmail.com

"Saya menulis dengan ilham."
(HAMKA)


Ilham berarti petunjuk yang datang dari Tuhan dan terbit di hati; atau merupakan bisikan hati. Ilham juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang menggerakkan seorang penulis untuk membuat tulisan.

Jadi, keberadaan ilham ini merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi seorang penulis. Untuk itu, segera ikat ilham yang muncul di hati seorang penulis itu dengan menuliskan kata-kata dan kalimat ilham tersebut dalam sebuah (kertas, buku) kumpulan-kumpulan ide secara khusus. Sebab, ingat ilham itu belum tentu datang lagi menghampiri kita di kemudian waktu. Kalau pun hadir kembali, itu pun prosesnya saya yakin cukup lama dan susah memancingnya. Ada yang pernah merasakannya?

Setelah ilham itu kita catat, HAMKA seorang Ulama dan penulis produktif pada jamannya, menyarankan dengan mengatakan: “Membuat karangan jangan ditunda-tunda, setelah bahan terkumpul baru menulis.” Inilah anjuran HAMKA kepada anaknya, Rusydi Hamka.

Untuk itu, saran saya, begitu ilham menghampiri kita, maka segera menuliskannya dalam bentuk tulisan. Biarkan pikiran kita mengalir menuliskannya. Baru setelah kita selesai menulis, rehat sejenak dengan merujuk pada sumber pustaka yang kita punyai (buku, kliping, kamus, dll) sesuai tema terkait dengan ilham tersebut.

Berdasarkan pengalaman, bila kebiasaan membaca kita bagus dan didukung pengarsipan dokumentasi sumber pustaka yang baik, pengembangan ilham itu akan mengalir dengan sendirinya. Pokoknya, kita akan konek (secara alami) dengan tema-tema referensi sejenis yang kita miliki. Kalau udah begini…, indah banget rasanya…!!!

Jadi, segera ikat ilham yang hinggap dalam pikiran dan hati kita dengan segera menuliskannya. Yang jelas dari kebiasaan membaca yang baik, ilham (baru pun) itu akan muncul dan sekaligus akan memperlancar menuangkan ilham dalam media tulisan. Bagaimana menurut Anda, setuju …..???***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.com
Dunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

Kesalahan Besar Calon Penulis

Oleh ARDA DINATA
Email: arda.dinata@gmail.com

"Hindarilah kesalahan besar, yaitu kesalahan tidak berbuat apa-apa!" (Mohammad Natsir)

Banyak orang ingin bikin tulisan, tapi itu hanya sekedar keinginan. Dia sibuk dengan berbagai macam pikiran yang membuatnya tidak melakukan apa-apa. Hanya sekedar ingin dan ingin.

Padahal, kalau kita mau jujur, belajar menulis itu tidak lain dengan segera menuliskannya. Tepatnya, lakukan menulis, menulis, dan menulis. Buang jauh pikiran yang menghambat Anda dalam belajar menulis.

Misalnya, Bagaimana kalau aku macet di jalan ketika menulis?, Bagaimana kalau ideku terus-terus mengalir atau sebaliknya ideku tidak muncul-muncul?, dan bla.., bla… segudang pertanyaan yang bikin kita tidak menulis-nulis.

Pokoknya, tugas pertama kita ketika belajar menulis adalah hanya satu. Yakni terus bikin tulisan, tulisan, dan tulisan. Lupakan (untuk sementara) masalah tata bahasa, gaya bahasa, dll. Nanti juga masalah itu ada waktunya. Gunakan media blog misalnya untuk menuangkan latihan-latihan kita dalam menulis. Sebab, kesalahan terbesar bagi para calon penulis ialah tidak menulis apa-apa.

Bukankah belajar menulis itu, seperti belajar berenang. Artinya, kalau kita ingin menjadi penulis, maka kuncinya dengan terus menulis. Dalam hal ini, tepat apa yang dikatakan Mohammad Natsir bahwa “hindarilah kesalahan besar, yaitu kesalahan tidak berbuat apa-apa.”

Hal terakhir itulah kesalahan besar calon penulis. Yakni tidak menulis apa-apa. Bagaimana menurut pendapat Anda, setuju…..????***

Arda Dinata adalah penulis di beberapa blog dan pengasuh spirit jurnalistik di MIQRA Indonesia dan Majalah Inside, kini bekerja di Loka Litbang P2B2 Ciamis, Balitbangkes Depkes. R.I.

MyBlog ARDA DINATA:
Dunia Kesehatan Lingkungan: http://arda-dinata.blogspot.com
Dunia Inspirasi & Motivasi Hidup: http://miqra.blogspot.com
Dunia Penulis Sukses: http://arda-mediapenulis.blogspot.com
Dunia Kliping Terseleksi: http://eklipingiptek.blogspot.com

06 September 2008

bisnis, menulis, iklan gratis

Pasang Iklan ke Ribuan Iklan Baris Gratis « Kumpulan bisnis pulsa ...
Caranya antara lain dengan memasang logo Growurl.com, menulis review, ... Web penyedia jasa pemasangan iklan gratis ini berbeda tampilan dari yang lain, ...ke.web.id/1000iklan/ - 56k - Tembolok - Halaman sejenis

Karir atau bisnis Anda pun bertambah sukses karena kemampuan ...
Iklan Gratis Plus Berita terkini · Home · Iklan Plus. Karir atau bisnis Anda pun bertambah sukses karena kemampuan menulis! Subcribe via RSS ...iklan.plusberita.com/karir-atau-bisnis-anda-pun-bertambah-sukses-karena-kemampuan-menulis.html - 42k - Tembolok - Halaman sejenis

Pasang Iklan Baris Gratis » Internet » menulis itu mudah dan bisa ...
tips menulis mudah dan murah untuk hobi, presentasi dan passive income ... 2008 Pasang Iklan Baris Gratis Iklan Baris Gratis Selamanya Silahkan Pakai ...iklangratis.net/2008/08/menulis-itu-mudah-dan-bisa-dilakukan-oleh-siapa-saja-dan-kapan-saja.html - 22k - Tembolok - Halaman sejenis

Pasang Iklan Baris Gratis » Peluang Bisnis
Aug 22nd, 2008 • Category: Peluang Bisnis. -menulis berbagai macam ... Iklan Baris Gratis Selamanya Silahkan Pakai Sepuasnya Masukkan Iklan Baris Anda ...iklangratis.net/category/peluang-bisnis - 25k - Tembolok - Halaman sejenisHasiltemuan lainnya dari iklangratis.net »

Iklan Baris Gratis Tanpa Daftar - Tahukah Anda Bahwa Menulis Awal ...
Type iklan : Free Ads. August 27th, 2008 Kategori Bisnis .... PERHATIAN : Iklan Baris Gratis Tanpa Daftar Tidak Bertanggung Jawab Atas Segala Isi Iklan ...bjm.promo.web.id/bisnis/tahukah-anda-bahwa-menulis-awal-bisnis-online.html - 36k - Tembolok - Halaman sejenis

Iklan 100 Level Promosi Bisnis CaraSukses.com Menulis Itu ...
Jadi setiap pebisnis online adalah wajib mempunyai ketrampilan menulis. Tentu saja menulis itu di ... Iklan Gratis! Fasilitas Gratis! Plus Bisnis Fantastis! ...iklan.carasukses.com/tips.php?c=menulis-di-blog&settips=0&id=100level - 38k - Tembolok - Halaman sejenis

RAHASIA MENULIS SALES LETTER AMPUH! :: Iklan Baris Gratis
4 Sep 2008 ... Iklan Baris Gratis - RAHASIA MENULIS SALES LETTER AMPUH! ... Kerja Bisnis Online Lowongan Internet Marketing Bisnis Internet Inves ...www.forumiklan.com/detailiklan/118923/RAHASIA-MENULIS-SALES-LETTER-AMPUH! - 22k - Tembolok - Halaman sejenis

Bagaimana Cara Menulis Skripsi & Tesis Sendiri Media Iklan Gratis
4 Sep 2008 ... Media Iklan Gratis Iklan Barisnya Gratis, Layanan Tetap Maksimal ... Label Iklan: blog agobisnis, Blog bisnis, Blog busana, Blog internet, ...media-gratis.com/bagaimana-cara-menulis-skripsi-tesis-sendiri-2.html - 26k - Tembolok - Halaman sejenis

Menulis IKLAN BARIS GRATIS
Portal Iklan Baris Situs iklan baris gratis, tanpa daftar ... Rahasia Memulai Bisnis Bikin Duit dalam waktu 30 Menit; Simak Testimonial salah satu member ...indodirectory.net/tag/menulis - 61k - Tembolok - Halaman sejenis

Bisnis Gratis » Membaca Menulis Praktek Sukses
Training Bisnis Gratis Plus Iklan Baris Gratis Untuk Bisnis Internet Anda Agar ... Di bisnis internet, orang menulis dan membaca. Sedangkan di dunia bisnis ...bisnisgratis.net/membaca-menulis-praktek-sukses - 12k - Tembolok - Halaman sejenis